Ekonom Ingatkan Ekonomi Bisa Kembali Loyo di Kuartal III Karena PPKM

ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/rwa.
Pekerja melakukan aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta, Jumat (21/5/2021). Pertumbuhan ekonomi diperkirakan kembali melemah di kuartal III/2021 setelah melesat di kuartal II/2021.
Penulis: Maesaroh
5/8/2021, 14.15 WIB

Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang melesat ke level 7,07% secara tahunan (year on year/YoY) pada kuartal II tahun 2021 adalah kabar baik di tengah perjuangan melawan pandemi. Namun, ekonom mengingatkan perekonomian Indonesia terancam lesu kembali pada kuartal III tahun ini akibat penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4. 

Kepala ekonom Bank Central Asia David Sumual memproyeksikan ekonomi Indonesia akan mengarah ke level 3% (YoY) di kuartal III/2021. Angka ini lebih rendah daripada perkiraan semula yakni di level 4%.

David menambahkan penerapan PPKM Darurat yang kemudian berganti nama menjadi PPKM Level 4 sejak 3 Juli akan sangat berpengaruh terhadap perekonomian di kuartal III tahun ini. Pasalnya, pemberlakuan kebijakan itu akan menurunkan mobilitas masyarakat dan aktivitas perekonomian yang sudah menggeliat di kuartal II/2021.

David menilai konsumsi masih  akan tumbuh baik di kuartal III tahun ini meskipun tidak sekencang di kuartal sebelumnya. Menurutnya, penurunan aktivitas berbelanja tidak sebesar pada masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pada Maret hingga April tahun lalu.

“Kelihatannya terpengaruh oleh perubahan perilaku. Masyarakat sudah terbiasa berbelanja online,” ujar David, kepada Katadata.co.id, Kamis (5/8). 

Selain konsumsi, David menilai ekspor masih bisa diandalkan terutama karena kenaikan harga komoditas dan membaiknya perekonomian global.  “Berbeda dengan tahun lalu, ekspor dan harga komoditas turun,” tambahnya.

Kenaikan harga komoditas tidak hanya akan meningkatkan ekspor tetapi juga menambah daya beli masyarakat, terutama di wilayah-wilayah yang menggantungkan perekonomiannya pada komoditas seperti Kalimantan.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi di Pulau Kalimantan tumbuh 6,28% di kuartal II/2021.  Hal itu berbanding terbalik pada kuartal II/2020 di mana perekonomian Pulau Kalimantan terkontraksi sebesar 4,35%.

David mengatakan Purchasing Manufaktur Indonesia memang anjlok ke level 40,10 di Juli, atau terendah selama setahun terakhir. Namun, penurunan tersebut diperkirakan hanya sementara. PMI akan Kembali membaik di Agustus.

“Memang ada beberapa kendala terutama di tenaga kerja karena PPKM tapi PMI akan rebound,” ujarnya.

David juga menambahkan perbaikan pada sistem penyaluran dana bantuan sosial akan membantu perbaikan daya beli. “Bansos penyalurannya sudah lebih cepat dan pemerintah daerah mulai membantu,” ujarnya.

Ekonom Bank Danamon Wisnu Wardana melihat Indonesia kemungkinan menghadapi resiko pelemahan di kuartal III/2021 karena perpanjangan PPKM Level 4. Wisnu mengingatkan jika PPKM Level 4 diperpanjang setelah Agustus maka ancaman perlambatan pertumbuhan akan semakin nyata. Durasi dan seberapa ketat PPKM Level 4 akan sangat berpengaruh terhadap dampak PPKM Level 4 ke pertumbuhan ekonomi.

“Indek mobilitas menurun di bulan Juli begitu juga PMI. Secara keseluruhan, kami memproyeksikan ekonomi pada tahun ini akan berada di level 3,4%,” kata Wisnu, kepada Katadata.

Ekonom OCBC Bank Wellian Wiranto mengatakan pertumbuhan ekonomi mungkin akan melambat di kuartal III/2021 namun Indonesia tidak akan kembali ke “area kontraksi” seperti yang terjadi pada kuartal II/2020 hingga kuartal I/2021.

“Pertumbuhan ekonomi di kuartal III tahun ini mungkin akan berada di level 4,0% (YoY) namun angka nya akan sangat tergantung pada seberapa ganas perkembangan varian Delta,” kata Wellian, kepada Katadata.

Secara keseluruhan, Wellian memproyeksikan ekonomi Indonesia akan mencapai 3,7% pada tahun 2021. Proyeksi ini lebih rendah dari sebelumnya yakni 4,1%.