Nilai tukar rupiah dibuka melemah ke level Rp 14.390 per dolar AS pada perdagangan pasar spot hari ini. Rupiah diprediksi bergerak melemah di tengah pidato kenegaraan dan jelang pidato nota keuangan oleh Presiden Joko Widodo hari ini.
Namun berdasarkan data Bloomberg hingga pukul 09.30 WIB, rupiah bergerak menguat dari posisi pembukaan mupun penutupan kemarin Rp 14.386 per dolar AS.
Analis pasar uang Ariston Tjendra memperkirakan rupiah akan melemah ke kisaran Rp 14.400 per dolar AS, dengan potensi penguatan di kisaran Rp 14.360 per dolar AS. Sentimen terhadap laporan kasus positif Covid-19 harian yang masih tinggi membayangi pergerakan rupiah hari ini.
"Kekhawatiran pasar yang meninggi terhadap laju kenaikan kasus baru covid-19 dunia karena varian Delta mungkin menjadi salah satu alasan sentimen negatif terhadap aset berisiko." kata Ariston kepada Katadata.co.id, Senin (16/8).
Laporan kasus Covid-19 pada Minggu (15/8) mencatat terdapat tambahan 20.813 kasus positif baru sehingga total kasus terkonfirmasi 3,85 juta kasus positif. Kasus meninggal tercatat 1.222 orang dan 30.361 orang dinyatakan sembuh. Dengan demikian, total kasus aktif yang ada hingga saat ini 384.807 orang, mengalami penurunan 10.770 kasus aktif.
Laporan harian kasus Covid-19 kemarin masih melanjutkan penurunan jumlah kasus yang sempat menyentuh rekor tertinggi 56.757 kasus konfirmasi harian pada 15 Juli lalu. Kendati demikian, jumlah pemeriksaan yang dilakukan kemarin hanya mencapai 89.768 orang, terendah sejak 4 Juli lalu.
Laporan kasus positif Global juga menunjukkan penurunan. Mengutip Worldometer, penambahan jumlah kasus positif Covid-19 harian dunia pada 14 Agustus sebanyak 568.432 kasus baru, jumlahnya turun dari rekor 721.289 kasus baru sehari sebelumnya yang juga tertinggi sejak laporan pertengahan Mei lalu. Selain Indonesia, negara-negara seperti Amerika Serikat, India, Iran, Inggris dan Rusia masih melaporkan lonjakan kasus positif harian yang tinggi di atas 20 ribu kasus positif baru.
Di sisi lain, laporan survei keyakinan konsumen yang dirilis Universitas Michigan akhir pekan lalu menunjukkan adanya pesimisme konsumen periode bulan Agustus. Hal ini kata Ariston berpeluang menahan laju penguatan dolar AS terhadap mata uang negara berkembang, termasuk rupiah.
"Data ekonomi AS, survei tingkat keyakinan konsumen AS bulan Agustus yang dirilis Jumat malam yang hasilnya menunjukkan pesimisme masyarakat, juga bisa membantu menahan penguatan dollar AS. Hasil ini mengindikasikan ekonomi AS belum siap dengan pengetatan moneter." kata Ariston.
Survei yang dibuat oleh Universitas Michigan menunjukkan sentimen konsumen mengalami perlambatan pada bulan Agustus sebesar 70,2. Nilainya mengalami penurunan 13% dari survei bulan sebelumnya 81,2. Laporan ini sekaligus yang terendah sejak tahun 2011.
Hasil survei ini mengindikasikan konsumen mulai bersiap untuk mengerme konsumsi dan inflasi diperkirakan akan kembali melambat bulan ini. Departemen Ketenagakerjaan AS pekan lalu telah merilis data inflasi bulan Juli yang masih tinggi sekalipun mulai menunjukkan perlambatan.
Indeks harga konsumen (IHK) bulan Juli tercatat sebesar 5,4% secara tahunan, nilai tertinggi dalam 13 tahun terakhir namun posisinya masih sama dengan bulan sebelumnya. Sementara secara bulanan, inflasi Juli tercatat naik 0,5%, lebih rendah dari kenaikan IHK bulan Juni yang naik 0,9% dari bulan sebelumnya.
Sementara di dalam negeri, pasar juga tengah menantikan pidato presiden pagi ini. Presiden Jokowi pagi ini akan berpidato di sidang tahunan MPR dan sidang bersama DPR-DPD RI. Selain menyampaikan pidato kenegaraannya, Jokowi juga akan menyerahkan rancangan APBN 2022 beserta nota keuangannya yang berisi sejumlah asumsi makro untuk tahun depan.
Pemerintah melalui Kementerian Keuangan dan DPR pada bulan Juni telah menyepakati sejumlah poin target capaian ekonomi tahun depan. Dalam kesepakatan tersebut, pemerintah optimistis ekonomi akan tumbuh membaik di kisara 5,2% hingga 5,8% tahun depan. Nilai tukar rupiah juga dipastikan akan terjaga di level Rp 13.900 per dolar AS hingga Rp 14.800 per dolar AS, sementara tingkat inflasi di ramal berada di kisaran 2% hingga 4%.
Perkiraan lainnya, suku bunga obligasi pemerintah tenor 10 tahun akan berada dalam rentang 6,32% hingga 7,27%. Selanjutnya, tingkat pengangguran diharap bisa turun di 5,5% hingga 6,3%, begitu pun pada tingkat kemiskinan bisa ditekan turun tidak lebih dari 9%. Rasi gini diperkirakan 0,376 hingga 0,378 serta indeks pembangunan manusia (IPM) diharap bisa naik di angka 73,41-73,46.
Dari komponen APBN, pemerintah mematok target defisit yang lebih kecil tahun depan di kisaran Rp 808,2 triliun hingga Rp 879,9 triliun atau 4,51% hingga 4,85% terhadap produk domestik bruto (PDB). Belanja negara akan mencapai Rp 2.631,8 triliun hingga Rp 2.775,3 triliun, sedangkan pendapatan negara Rp 1.823,5 triliun hingga Rp 1.895,4 triliun.