Modal Asing Masuk Rp 8 T dalam Sepekan, Banjir Dana di Pasar Modal

Arief Kamaludin|KATADATA
Ilustrasi. Nilai tukar rupiah berhasil ditutup ke level Rp 14.223 per dolar AS sore ini seiring masuknya modal asing dalam sepekan.
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
8/10/2021, 18.29 WIB

Kendati demikian,  penguatan rupiah tampaknya tidak begitu signifikan di tengah masih berlanjutnya kekhawatiran pasar terhadap rencana tapering off bank sentral AS (The Fed). Pasar memperkirakan The Fed mengumumkan tapering off berupa pengurangan pembelian aset pada pertemuan FOMC bulan depan. Tapering diprediksi dimulai Desember dan akan berakhir pada akhir paruh kedua tahun depan.

Selain itu, pasar juga melihat The Fed akan mempercepat kenaikan suku bunga yang diprediksi mulai berlangsung pada kuartal ketiga tahun depan. Hal ini setelah separuh dari anggota komite FOMC memandang inflasi bisa bertahan lebih lama hingga tahun depan.

Kekhawatiran terhadap tapering ini juga tercermin dari yield obligasi pemerintah AS yang menunjukkan tren kenaikan sejak akhir bulan lalu. Berdasarkan pemantauan data di laman treausy.gov, Yield US Treasury berada di level 1,58% pada perdagangan Kamis (7/10). Ini merupakan level tertinggi sejak 16 Juni 2021 sebesar 1,57%.

Selain itu, krisis energi yang sedang melanda banyak negara dunia tampaknya turun menimbulkan kekhawatiran di pasar. Sebagian besar negara-negara di Eropa lebih dulu merasakan berkurangnya pasokan energi. Kondisi ini yang kemudian turut mendorong Inggris yang terkenal getol mengkampanyekan 'green energy' kini berbalik melirik PLTU batu bara.

Krisis energi kemudian juga mempengaruhi kenaikan harga-harga barang dan jasa di daratan Eropa. Inflasi zona euro pada September mencapai 3,4%. Ini merupakan level inflasi tertinggi sejak September 2008. Jerman sebagai perekonomian terbesar di kawasan tersebut bahkan harus menghadaoi inflasi tertinggi dalam 30 tahun yakni sebesar 4,1%.

Krisis energi belakangan meluas hingga ke Cina yang belum lama ini mengumumkan komitmennya beralih ke energi hijau. Korea Selatan dan India juga dilaporkan mulai turut bekerja keras menghadapi krisis ketersediaan energi khususnya batu bara.

Halaman:
Reporter: Abdul Azis Said