IMF Ramal Ekonomi Negara Berkembang Belum Kembali Normal Hingga 2024
Dana Moneter Internasional (IMF) menyoroti pemulihan ekonomi negara-negara dunia dari pandemi Covid-19 yang tidak seimbang. Negara maju diperkirakan dapat kembali ke level ekonomi sebelum pandemi atau normal mulai tahun depan dan berada 0,9% di atas level itu pada 2024. Sementara itu, negara-negara berkembang di luar Cina belum mampu mencapai level normal pada 2024.
"Output agregat untuk kelompok negara berkembang dan EM yang tidak termasuk Cina, diperkirakan akan tetap 5,5% di bawah level sebelum pandemi pada 2024. Ini mengakibatkan kemunduran yang lebih besar dalam peningkatan standar hidup mereka," kata Kepala Ekonom IMF Gita Gopinath dalam konferensi persnya, Rabu (14/10).
Gopinath mengatakan, divergensi tersebut merupakan konsekuensi dari adanya kenjangan yang lebar pada akses vaksinasi. Ia menyebut, lebih dari 60% populasi di negara maju telah mendapat vaksinasi lengkap, beberapa bahkan telah memberikan suntikan booster. Sebaliknya, 96% populari di negera miskin justru masih belum mendapat vaksinasi.
Selain itu, sebagian besar negara berkembang, termasuk negara miskin memiliki opsi kebijakan yang terbatas untuk mendukung pemulihan. Tidak sedikit diantara mereka yang mengalami keterbatasaan akses pembiayaan. Inflasi yang terus meroket juga mendorong negara-negara tersebut terpaksa menarik stimulusnya lebih cepat sekalipun kinerja ekonomi belum sepenuhnya pulih.
Gangguan rantai pasok menimbulkan tantangan kebijakan lain. Pandemi dan perubahan iklim telah mengakibatkan kekurangan input utama dan menurunkan aktivitas manufaktur di beberapa negara. Di sisi lain, menguatnya permintaan dan kenaikan harga komoditas, telah menyebabkan inflasi harga konsumen meningkat pesat di banyak negara.
"Faktor utama di balik tantangan kompleks ini adalah cengkeraman pandemi yang berkelanjutan pada masyarakat global," kata Geopinath.
Ia menyebut, prioritas utama yang perlu dilakukan saat ini yakni memenuhi target vaksinasi global. Grup yang berisi IMF, Bank Dunia, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) telah mendorong agar vaksinasi setidaknya 40% dari populasi setiap negara hingga akhir tahun ini dan 70% pada pertengahan 2022.
Gopinath menekankan pentingnya menagih janji negara-negara maju terkait rencana donasi vaksin. Negara-negara maju yang sebagian besar menjadi rumah bagi produsen vaksin, diminta untuk memprioritaskan pengiriman ke fasilitas vaksinasi COVAX dalam waktu dekat. Selain itu, kendala distribusi dan berbagai pembatasan pada input juga perlu diatasi.
"Ke depan, produsen vaksin di negara berpenghasilan tinggi harus mendukung perluasan produksi regional vaksin Covid-19 di negara berkembang melalui pembiayaan dan transfer teknologi," kata Geopinath.
Ia menyebut secara keseluruhan seluruh risiko tersebut memicu perlambatan ekonomi yang semula tahun 2021 diprediksi akan pulih lebih kuat. IMF merevisi pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini dari semula 6% menjadi 5,9%. Pertumbuhan lebih lambat tahun depan yakni 4,9%, tetapi tidak berubah dari proyeksi sebelumnya.
Proyeksi pertumbuhan ekonomi untuk negara maju tahun ini direvisi dari 5,6% menjadi 5,2%. Sementara pada tahun depan, ekonomi negara maju diprediksi akan tumbuh lebih kuat yakni 4,5% dari semula diramal tumbuh 4,4%.
Pertumbuhan ekonomi negara berkembang dan EM tahun ini diramal menguat dari perkiraan sebelumnya 6,3% menjadi 6,4% tetapi melambat pada tahun depan dengan pertumbuhan 5,1% dari perkiraan semula 5,2%.