Ekonomi Maluku & Papua Tumbuh Paling Tinggi Capai 9,15%

ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/aww.
Ilustrasi. BPS mencatat kontribusi wilayah Maluku dan Papua terhadap perekonomian nasional tercatat paling kecil hanya mencapai 2,45%.
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
5/11/2021, 13.54 WIB

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III hanya mencapai 3,51% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, melambat dibandingkan kuartal II yang tumbuh 7,07%. Maluku dan Papua mencatatkan pertumbuhan paling kuat di antara wilayah lainnya, yakni mencapai 9,5% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. 

"Sumbangan ekonomi terbesar masih berasal dari Jawa dan Sumatera, tetapi diperkuat oleh pertumbuhan ekonomi di wilayah timur yakni Maluku dan Papua yang mencapai 9,15%," kata Kepala BPS Margo Yuwono dalam konferensi pers virtual, Jumat (5/11).

Meski tumbuh paling kuat, kontribusi wilayah Maluku dan Papua terhadap perekonomian nasional tercatat paling kecil hanya mencapai 2,45%. Sementara kontribusi terbesar masih berasal dari pulau Jawa sebesar 57,54% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Meski begitu perekonomian di Jawa hanya tumbuh 3,03% yoy, di bawah pertumbuhan nasional.

"Kontribusi pulau Jawa mulai berkurang, dari yang semula 57,92% pada kuartal 2 2021. Kontribusi luar Jawa yang mengalami kenaiakn yakni Sumatera, Maluku dan Papua, Kalimantan dan Sualwesi. Sebaliknya, Bali dan Nusa Tenggara juga turun," kata Margo.

Wilayah lainnya yakni Sumatera berkontribusi 21,95% dan mencatat pertumbuhan di atas rata-rata nasional yakni 3,78%. Kalimantan dengan share 8,32% ke perekonomian, berhasil tumbuh 4,52%. Sulawesi dengan kontribusi 5,98% mencatat pertumbuhan ekonomi 4,58% yoy.

Sementara wilayah Bali dan Nusa Tenggara menjadi satu-satunya yang terkontraksi yakni 0,09%, dengan kontribusi ke PDB sebesar 2,75%. 

BPS mencatat pertumbuhan ekonomi pada kuartal ketiga tahun ini mencapai 3,51% secara yoy. Realisasi ini lebih rendah dibandingkan kinerja kuartal sebelumnya yang berhasil tumbuh 7,07%, serta di bawah proyeksi Menteri Keuangan Sri Mulyani yang mencapai 4,5%.

Margo menjelaskan, produk domestik bruto kuartal III yang dihitung atas harga dasar berlaku mencapai Rp 4.325,4 triliun dan kalau dihitung harga dasar konstan Rp 2.815,9 triliun.

"Kalau dihitung perekonomian pada 2021 dibandingkan kuartal II 2021  tumbuh 1,55% dan dibandingkan kuartal III 2020 3,51%. Sementara secara kumulatif tumbuh 3,24%," ujar Margo.

Adapun berdasarkan komponen pembentuknya, pertumbuhan tertinggi pada komponen perdagangan internasional. Ekspor berhasil tumbuh 29,16%, begitu juga impor yang tumbuh lebih tinggi yakni 30,11%.

Meski demikian empat komponen lainnya masih tumbuh positif sekalipun melambat. Hal ini terutama dipengaruhi adanya PPKM Darurat dan PPKM Level 1-4 sejak awal Juli. Konsumsi rumah tangga yang menyumbang separuh perekonomian nasional kini hanya tumbuh 1,03%, melambat dari pertumbuhan 5,96% pada kuartal sebelumnya. Konsumsi LNPRT tumbuh 2,96%, konsumsi pemerintah 0,66% dan investasi (PMTB) tumbuh 3,74%.

Sementara dari sisi lapangan usaha, Margo mencatat terdapat 11 lapangan usaha yang mencatat pertumbuhan positif, tertinggi pada sektor kesehatan yang tumbuh 14,6%. Adapun industri pengolahan yang merupakan penyumbang terbesar perekonomian berhasil tumbuh 3,68%.

Di sisi lain, terdapat enam lapangan usaha yang terkontraksi pada kuartal III. Adapun penurunan terbesar pada sektor administrasi pemerintahan yang anjlok 9,96%.

Reporter: Abdul Azis Said