Pertumbuhan Ekonomi Kuartal 3 Hanya 3,5%, di Bawah Ramalan Sri Mulyani
Badan Pusat Statistik mencatat pertumbuhan ekonomi pada kuartal ketiga tahun ini mencapai 3,5%. Realisasi ini lebih rendah dibandingkan proyeksi Menteri Keuangan Sri Mulyani yang mencapai 4,5%.
Kepala BPS Margo Yuwono menjelaskan, produk domestik bruto kuartal III yang dihitung atas harga dasar berlaku mencapai Rp 4.325,4 triliun dan kalau dihitung harga dasar konstan Rp 2.815,9 triliun.
"Kalau dihitung perekonomian pada 2021 dibandingkan kuartal II 2021 tumbuh 1,55% dan dibandingkan kuartal III 2020 3,51%. Sementara secara kumulatif tumbuh 3,24%," ujar Margo dalam Konferensi Pers, Jumat (5/11).
Margo menjelaskan, perekonomian global mengalami perbaikan terlihat dari angka Purchasing Manager's Indeks (PMI) pada Juli hingga September berada di atas 50% atau mengalami ekspansi. Harga komoditas juga meningkat baik secara kuartalan maupun tahunan.
"Perekonomian negara mitra dagang kita juga mengalami pertumbuhan positif pada kuartal III," kata dia.
Ekonomi Tiongkok tumbuh 4,9%, Amerika Serikat 4,9%, Singapura 6,5%, Korea Selatan 4%, Hong Kong 5,4%, dan Uni Eropa 3,9%. Meski demikian ekonomi negara-negara tersebut melambat dibandingkan kuartal sebelumnya.
Kondisi mitra dagang Indonesia berpengaruh pada kinerja ekspor impor. Ekspor pada kuartal III tumbuh 12,81% dibandingkan kuartal sebelumnya atau melesat 50,9% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Hal serupa terjadi pada impor yang tumbuh 1,09% dibandingkan kuartal sebelumnya atau melesat 46,98%. "Impor yang naik memberikan indikasi ada pertumbuhan pada perekonomian domestik," kata dia.
Meski kinerja ekspor impor cukup baik, menurut dia, perekonomian domestik pada kuartal ketiga terdampak oleh kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat dan level 1-4 akibat lonjakan kasus yang disebabkan varian Delta.
"Tentu ini akan berdampak terbatasnya mobilitas masyarakat. Ini bisa dilihat pada mobilitas penduduk selama kuartal ketiga yang lebih rendah dibandingkan kuartal kedua," kata dia.
Pengurangan mobilitas tersebut, menurut dia, berdampak pada beberapa sektor. Salah satunya jumlah penumpang angkutan udara yang turun pada kuartal ketiga dibandingkan kuartal kedua maupun periode yang sama tahun lalu.
"Nampung melihat trennya, pada September mulai terjadi kenaikan," ujar dia.
Perlambatan ekonomi juga ditunjukkan oleh indeks penjualan riil atau eceran yang menunjukkan indikasi penurunan pada kuartal ketiga dibandingkan kuartal kedua. Hal ini tidak terlepas dari kebijakan PPKM yang terjadi pada sepanjang Juli-September 2021.
Konsensus pasar yang dihimpun Katadata.co.id memperkirakan ekonomi pada kuartal ketiga tahun ini tumbuh 3,64%. Prediksi ini lebih rendah dari proyeksi pemerintah sebesar 4,5% dan realisasi kuartal kedua yang mencapai 7,07%.
Menteri Keuangan Sri Mulyani sebelumya memperkirakan pertumbuhan ekonomi sebesar 4,5% pada kuartal ketiga tahun ini. "Kinerja ekonomi kita dengan berbagai perbaikan memberikan optimisme untuk merevisi outlook ekonomi periode Juli-September yang kemungkinan membaik menjadi 4,5%," kata Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN Kita edisi Oktober 2021, Senin (25/10).
Proyeksi tersebut masih berada dalam kisaran prediksi bulan lalu, yakni 4%-5%. Saat itu, Sri Mulyani memperkirakan pertumbuhan positif akan terjadi pada seluruh komponen tetapi cenderung melambat.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menyebut gelombang Covid-19 varian Delta pada Juli lalu memukul sektor ekonomi. Kondisi ini yang memicu kinerja ekonomi sepanjang Juli-September jatuh dibandingkan pertumbuhan 7,07% pada kuartal sebelumnya.
"Memang dibandingkan kuartal kedua turun, tapi kalau dilihat kuartal ketiga, itu kita mengalami varian Delta yang sangat tinggi yang dan menyebabkan adanya koreksi pada pemulihan ekonomi, tapi koreksinya tidak akan terlalu dalam," kata Sri Mulyani.
Konsumsi domestik sempat tertahan sepanjang kuartal ketiga akibat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM Darurat dan PPKM Level 1-4 sejak awal Juli. Seiring kasus melandai, pemerintah pun melonggarkan PPKM dan meningkatkan mobilitas masyarakat. Pemerintah bahkan telah menetapkan Jakarta dan sejumlah wilayah terutama di Jawa berstatus PPKM level 1 dan melonggarkan kapasitas mal hingga transportasi di wilayah-wilayah tersebut hingga 100%.
Sri Mulyani juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi mencapai 4% sepanjang tahun. Kinerja tahun ini bisa dipastikan lebih baik dibandingkan kontraksi 2,07% pada tahun lalu. Namun, pertumbuhan yang tidak signifikan tampaknya dipengaruhi kinerja kuartal I yang masih terkontraksi serta kuartal ketiga yang melambat akibat varian Delta.
"Kinerja kuartal IV tetap akan berpotensi rebound namun mungkin lebih normal, dan tentu dengan reballancing di berbagai kegiatan ekonomi seperti di Cina, AS dan Eopa akan mempengaruhi proyeksi kuartal keempat, termasuk tahun depan," kata Sri Mulyani.