Nilai tukar rupiah dibuka melemah 0,07% ke level Rp 14.357 per dolar Amerika Serikat (AS) di pasar spot pagi ini. Pelemahan dipengaruhi oleh meningkatnya kekhawatiran pasar terhadap penyebaran varian baru Covid-19 Omicron yang kian meluas.
Dikutip dari Bloomberg, rupiah melanjutkan pelemahan ke level Rp 14.370 pada Pukul 09.20 WIB. Ini semakin jauh dari posisi penutupan kemarin Rp 14.347 per dolar AS.
Mayoritas mata uang Asia lainnya juga melemah. Yen jepang melemah 0,17%, dolar Hong Kong 0,01%, dolar taiwan 0,13%, peso Filipina 0,06%, ringgit Malaysia 0,05% dan bath Thailand 0,13%.
Sedangkan rupee India menguat 0,34%, won Korea Selatan 0,13%, dan dolar Singapura 0,07%. Yuan Cina stagnan.
Analis pasar uang Ariston Tjendra memperkirakan rupiah kembali melemah ke posisi Rp 14.380 per dolar AS. Ini dengan potensi penguatan di kisaran Rp 14.300.
Pasar kembali mengantisipasi penyebaran varian baru Covid-19 Omicron yang kini sudah masuk ke Amerika. "Ini bisa menekan aset berisiko seperti rupiah," kata Ariston kepada Katadata.co.id, Kamis (2/12).
Varian baru Covid-19 Omicron pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan dan menyebar di beberapa negara di selatan benua. Kasusnya kini menyebar ke lebih dari 20 negara.
Yang terbaru, AS dan Korea Selatan mengumumkan kasus pertama positif virus corona varian Omicron. Pasien di kedua negara ini sempat lawatan ke Afrika.
Menurut Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KDCA), dua dari lima kasus itu adalah pasangan yang sudah divaksinasi penuh. Mereka dinyatakan terpapar varian Omicron setelah tiba dari Nigeria, Afrika Barat, minggu lalu.
Tiga kasus lainnya adalah dua kerabat dan satu orang teman dari pasangan tersebut.
AS juga mengonfirmasi kasus pertama Covid-19 varian Omicron di California. Pasien sempat melakukan perjalanan dari Afrika Selatan ke San Francisco pada akhir November (22/11).
Pasien dinyatakan positif virus corona pada 29 November. Orang tersebut telah divaksinasi lengkap dan mengalami gejala ringan.
Selain meluasnya penyebaran Omicron, sentimen pelemahan rupiah datang dari rilis sejumlah data ekonomi AS yang membaik. Ini mendorong sentimen tapering off atau pengurangan stimulus moneter oleh bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed).
"Tapering off yang dipercepat artinya pengetatan moneter AS akan dimulai lebih cepat dari perkiraan sebelumnya. Ini mendorong penguatan dolar AS," kata Ariston.
Data ketenagakerjaan versi swasta dan kinerja manufaktur AS membaik pada November. Rilis data Automatic Data Processiong (ADP) menunjukkan, tenaga kerja baru di sektor swasta bertambah 534 ribu tenaga kerja. Ini lebih baik dari perkiraan Dow Jones 506 ribu, walaupun jumlahnya turun dari 570 ribu pada Oktober.
Industri jasa mencatat penambahan 424 ribu tenaga kerja baru. Sebanyak 136 ribu di antaranya dari sektor bar, restoran, hotel dan bisnis sejenis.
Kemudian terdapat penambahan 110 ribu tenaga kerja baru di layanan profesional dan bisnis, 78 ribu tenaga kerja di sektor perdagangan, transportasi dan utilitas, serta 55 ribu di layanan pendidikan dan kesehatan.
Rilis resmi data ketenagakerjaan oleh pemerintah dijadwalkan rilis akhir pekan ini. Yang membedakan antara rilis ADP dengan pemerintah yakni cakupan jenis tenaga kerja yang dihitung.
Dalam data pemerintah, jumlah tenaga kerja baru mencakup pekerjaan pemerintah, bukan hanya swasta. Data tenaga kerja yang dirilis pemerintah diperkirakan tumbuh 573 ribu di November, naik dari 531 ribu pada Oktober.
Selain data ketenagakerjaan, indikasi perbaikan ekonomi AS terlihat dari kinerja manufaktur yang semakin kuat. Institute for Supply Management (ISM) melaporkan Purchasing Manager's Index (PMI) Manufaktur AS pada November naik 61,1 dari 60,8 poin pada bulan sebelumnya.
Indeks untuk komponen produksi, permintaan baru dan ketenagakerjaan menunjukkan penguatan. Sedangkan indeks untuk simpanan permintaan, pengiriman pemasok serta harga produksi turun bulan lalu.