Rupiah Diramal Melemah Imbas Meroketnya Inflasi AS

ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/YU
Ilustrasi. Kurs rupiah dibuka menguat 0,18% ke level Rp 14.347 per dolar AS di pasar spot pagi ini.
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
13/12/2021, 09.47 WIB

The Fed sudah memulai tapering off berupa pengurangan pembelian aset sejak akhir bulan lalu. Tapering off dijadwalkan berakhir pada Juni 2022. Namun tekanan inflasi yang tinggi membuka peluang percepatan tapering off The Fed, sehingga kemungkinan pembelian aset bisa diakhiri lebih cepat.

Jika rencana ini disepakati, ini akan memberi ruang yang lebih luas bagi The Fed untuk menaikkan bunga acuannya lebih cepat. Pasar mengantisipasi kenaikan Fed Funds Rate kemungkinan dimulai paruh kedua tahun depan.

Dari dalam negeri, Rully mengatakan, perbaikan ekonomi domestik akan menahan pelemahan yang lebih dalam, terutama dari neraca perdagangan. "Investor masih cukup optimis terhadap prospek ekonomi dalam negeri, dan menunggu rilis data neraca perdagangan hari kamis besok," kata Rully.

Senada dengan Rully, analis pasar uang Ariston Tjendra juga memperkirakan rupiah akan terdepresiasi ke level Rp 14.380, dengan potensi penguatan di kisaran Rp 14.350 per dolar AS. Selain tertekan data inflasi, pelemahan juga dipengaruhi perbaikan data tenaga kerja AS yang juga dirilis akhir pekan lalu.

"Sebelumnya di hari Kamis pekan lalu, data klaim tunjangan pengangguran mingguan AS menunjukkan angka klaim yang terendah dalam lebih dari lima dekade, yang artinya semakin sedikit orang AS yang menganggur," kata Ariston kepada Katadata.co.id.

Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan jumlah pengajuan klaim baru pengangguran turun pada minggu yang berakhir pada 4 Desember 2021 menjadi 184 ribu klaim. Ini merupakan rekor klaim terendah dalam 52 tahun terakhir sejak awal September 1969 yang mencatat 182 ribu klaim

Data inflasi dan data perbaikan tenaga kerja tersebut akan menjadi bekal bagi The Fed untuk didiskusikan dalam pertemuan pembuat kebijakan mendatang. Ini juga makin memperkuat rencana percepatan tapering off.

Di sisi lain, Ariston juga mengatakan sentimen pasar terhadap aset berisiko terlihat positif. Ini terlihat dari indeks saham Asia bergerak menguat pagi ini, sehingga sentimen tersebut mungkin bisa menahan pelemahan nilai tukar rupiah.

Indeks Nikkei 225 Jepang menguat 1,05% bersama Shanghai SE Composite Cina 1%, Hang Seng Hong Kong 1,47%, Kospi Korea Selatan 0,8%, Taiex Taiwan 0,32%, Strait Times Singapura 0,47%, FTSE Bursa Malasyai KLCI 0,84%, dan PSEi Filipina 0,32%.

Halaman:
Reporter: Abdul Azis Said