IMF: Dampak Perang Rusia dan Ukraina ke Ekonomi Sangat Serius

ANTARA FOTO/Jedrzej Nowicki/Agencja Wyborcza.pl via REUTERS/foc/sad.
Ambulans terlihat melalui jendela yang rusak dari kendaraan yang terkena peluru, saat invasi Rusia ke Ukraina berlanjut, di Kyiv, Ukraina, Senin (28/2/2022).
Penulis: Abdul Azis Said
7/3/2022, 09.25 WIB

Dana Moneter Internasional (IMF) menyebut perang Rusia dan Ukraina memberikan dampak sangat serius bagi ekonomi global. Krisis juga akan menyebabkan kebijakan moneter dan fiskal di setiap negara semakin kompleks.

"Situasinya sangat fluktuatif dan prospeknya bergantung pada ketidakpastian yang luar biasa. Konsekuensi ekonominya sudah sangat serius," kata Direktur Manajer IMF Kristalina Georgieva dalam keterangan resmi, dikutip Senin (7/3).

Georgieva menilai, dampak perang Rusia dan Ukraina akan terlihat dari kenaikan harga-harga. Harga energi dan komoditas, termasuk gandum dan biji-bijian, bakal melonjak.

Kondisi tersebut akan menambah tekanan inflasi global yang tengah berlangsung akibat gangguan rantai pasok dan penguatan permintaan. Guncangan harga akan berdampak di seluruh dunia, terutama rumah tangga miskin. Sebab, makanan dan bahan bakar merupakan proporsi pengeluaran yang cukup besar.

IMF menilai, kerusakan ekonomi akan lebih dahsyat jika ketegangan terus meningkat. Sanksi terhadap Rusia juga bakal berdampak besar pada ekonomi global dan pasar keuangan dengan limpahan yang signifikan ke negara lain.

Dengan risiko tersebut, krisis Rusia dan Ukraina akan menciptakan kompromi kebijakan yang kompleks. Padahal, banyak negara tengah berupa memulihkan ekonomi akibat pandemi Covid-19.

IMF memperingatkan bahwa kebijakan fiskal perlu mendukung rumah tangga paling rentan. Ini untuk mengimbangi kenaikan harga-harga.

"Otoritas moneter perlu secara hati-hati memantau kenaikan harga internasional terhadap inflasi domestik, untuk mengkalibrasi respons yang tepat," kata IMF.

Negara-negara yang memiliki hubungan ekonomi sangat dekat dengan Ukraina dan Rusia berada pada risiko kelangkaan dan gangguan pasokan tertentu. Mereka juga paling terpengaruh oleh meningkatnya arus masuk pengungsi.

Moldova meminta penambahan  program dukungan IMF untuk membantu dalam pemenuhan biaya krisis saat ini. Staf IMF masih mendiskusikan pilihan program untuk negara ini.

IMF menyatakan bakal terus memantau efek limpahan pada negara-negara lain di kawasan ini, khususnya yang memiliki program yang didukung IMF dan negara-negara dengan kerentanan tinggi atau eksposur terhadap krisis. Ini karena dampak perang Rusia dan Ukraina akan parah terhadap ekonomi global.

Oleh karena itu, IMF akan memberikan saran bagi negara-negara anggotanya terkait cara mengkalibrasi kebijakan makroekonomi untuk merespons efek limpahan akibat perang. Spill over dampak ekonomi ini termasuk gangguan dari sisi perdagangan, harga pangan dan komoditas lainnya, serta dari pasar keuangan.

"IMF akan terus menilai situasi yang berkembang, dan memberikan saran kebijakan yang tepat waktu, dukungan keuangan, dan bantuan teknis kepada negara-negara anggota kami sesuai kebutuhan," kata IMF.

Sebelumnya, Bank Dunia dan IMF juga membicarakan rencana pemberian sejumlah paket dukungan pendanaan untuk Ukraina. Nilainya mencapai US$ 6,6 miliar atau Rp 94,9 triliun (kurs Rp 14.380/US$).

Bank Dunia menyiapkan dukungan pendanaan US$ 3 miliar. Ini sudah mulai dicairkan pekan lalu.

IMF akan memberikan dukungan melalui Instrumen Pembiayaan Cepat (RFI). Ukraina telah mengajukan pembiayaan darurat US$ 1,4 miliar melalui instrumen ini.

Selain itu, IMF terus bekerja sama dengan pemerintah Ukraina lewat program Pengaturan Siaga (SBA). Melalui program ini, terdapat tambahan dukungan US$ 2,2 miliar yang tersedia hingga Juni 2022.

Reporter: Abdul Azis Said