Neraca Dagang RI dengan Rusia dan Ukraina Kompak Defisit karena Perang

ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/YU
Defisit perdagangan Indonesia dengan Rusia tercatat sebesar US$ 189,5 juta, melonjak dibandingkan dua bulan sebelumnya yakni Januari sebesar US$ 10,2 juta dan Februari sebesar US$ 4,9 juta.
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
18/4/2022, 14.11 WIB

Badan Pusat Statistik mencatat kinerja neraca dagang Indonesia dengan Rusia dan Ukraina kompak mengalami defisit pada Maret 2022 sebagai imbas dari perang. Defisit dengan Rusia bahkan lebih dalam dibandingkan dua bulan sebelumnya.

"Konflik Rusia dan Ukraina ini membuat neraca dagang kita baik dengan Rusia maupun Ukraina menjadi defisit, dan terbesarnya defisit dengan Rusia," kata Kepala BPS Margo Yuwono dalam konferensi pers, Senin (18/4).

Margo mengatakan, defisit perdagangan dengan Rusia tercatat sebesar US$ 189,5 juta, melonjak dibandingkan dua bulan sebelumnya yakni Januari sebesar US$ 10,2 juta dan Februari sebesar US$ 4,9 juta. Pelebaran defisit ini terjadi karena ekspor ke Rusia yang menyusut 56,6% secara bulanan menjadi tersisa hanya US$ 67,5 juta. Sebaliknya, impor justru membengkak menjadi US$ 257 juta atau kenaikan 60,1%.

Ekspor tiga komoditas utama Indonesia ke Rusia mencatat penurunan. Ekspor lemak dan minyak hewan atau nabati yang turun 43% dalam sebulan menjadi US$ 58,3 juta, karet dan barang dari karet anjlok 92% tersisa US$ 600 ribu, serta mesin atau peralatan listrik turun 77% menjadi US$ 2,5 juta.

Kenaikan dari sisi impor dari Rusia, terutama berasal dari tiga komoditas, terbesar pada besi dan baja yang naik 181% menjadi US$ 69,4 juta. Impor pupuk dari Rusia juga naik sebesar 66% menjadi US$ 108 juta, serta impor bahan bakar mineral yang juga naik tipis 11% menjadi US$ 46,6 juta.

Neraca dagang dengan Ukraina juga mencatat defisit sebesar US$ 6,6 juta, terutama karena penurunan signifikan dari sisi ekspor. Defisit ini merupakan pembalikan setelah bulan sebelumnya masih berhasil surplus US$ 3,6 juta, meski tidak sedalam defisit pada Januari sebesar US$ 10,5 juta.

Nilai ekspor ke Ukraina menyusut 99,8% tersisa hanya US$ 46,6 ribu. Impor juga turun 66,5% secara bulanan tersisa US$ 6,6 juta.

Ekspor utama Indonesia dengan Ukraina terutama untuk lemak dan minyak hewan atau nabati, kertas atau karton serta alas kaki. "Terlihat bahwa pada Maret ini untuk ketiga komoditas yang jadi ekspor utama kita ke Ukraina ini tidak ada sama sekali, menunjukkan memang konflik ini mengganggu ekspor kita ke Rusia maupaun Ukraina," kata Margo.

Sementara itu, tiga komoditas impor utama dari Ukraina juga turun. Serealia yang bulan februari masih mencatat nilai impor US$ 14,1 juta tersisa hanya US$ 1,5 juta. Impor besi dan baja juga turun tersisa US$ 2,4 juta serta impor mesin-mesin atau pesawat mekanik hanya US$ 100 ribu.

Meski demikian, andil Rusia maupun Ukraina sebetulnya tidak begitu signifikan. Sekalipun defisit dengan Rusia makin dalam, secara kumulatif neraca dagang Indonesia masih berhasil mencetak surplus jumbo di bulan Maret. Surplus sebesar US$ 4,53 miliar lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya US$ 3,83 miliar.

Ekspor pada Maret 2022 mencapai US$ 26,5 miliar, naik 29,42% dibandingkan bulan sebelumnya atau 44,36% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sementara impor mencapai US$ 21,97 miliar, melonjak 32,02% dibandingkan Februari 2022 atau 30,85% dibandingkan Maret 2021. 

 

Reporter: Abdul Azis Said