Rusia - Ukraina Bermasalah, RI Impor Gandum dari Argentina dan Myanmar

Antara Foto/FB Anggoro
Ilustrasi. Nilai impor serealia Indonesia pada bulan lalu mencapai US$ 445 juta, naik 17% dibandingkan bulan sebelumnya.
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
18/4/2022, 18.08 WIB

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor serealia dari Rusia dan Ukraina anjlok bulan lalu. Indonesia mulai mengimpor serealia dari negara-negara lain, yang sebelumnya tidak pernah mengimpor produk tersebut ke Indonesia. 

Nilai impor serealia Indonesia pada bulan lalu mencapai US$ 445 juta, naik 17% dibandingkan bulan sebelumnya. Kenaikan impor komoditas bahan utama roti tersebut meningkat saat dua negara eksportir besar serealia RI, Rusia dan Ukraina justru tengah dilanda konflik dan mengganggu pengirimannya ke dalam negeri.

Impor serealia dari Rusia pada Maret 2022 turun 69% dibandingkan bulan sebelumnya menjadi US$ 423 ribu, sedangkan impor serealia dari Ukraina anjlok 90% tersisa hanya US$ 1,4 juta. 

Penurunan impor gandum bukan hanya terjadi untuk impor dari Rusia dan Ukraina. Pada saat yang sama, suplai dari India juga turun hingga 96% menjadi US$ 1 juta. .

Di sisi lain, impor gandum dari beberapa negara meningkat sepanjang bulan lalu. Australia yang merupakan eksportir gandum utama bagi Indonesia pada bulan lalu mencatat  kenaikan 14% menjadi US$ 144,5 juta. 

Serelia dari Argentina menjadi salah satu pengganti impor serelia dari Rusia dan Ukraina. Nilai impor serealia dari negara Amerika Latin itu mencapai US$ 164,5 juta, melesat 73% dalam sebulan. Kenaikan impor serealia ini tampaknya yang menjadi salah satu pendorong kenaikan impor dari Argentina yang mencapai 77% dan mendorong defisit melebar.

"Neraca dagang dengan Argentina kita mengalami defisit US$ 261,6, Komoditas penyebab defisit dengan Argentina diantaranya serealia, kemudian diikuti ampas dan sisa industri makanan," kata Margo dalam konferensi pers, Senin (18/4).

Selain dari dua negara tersebut, impor serealia dari Kanada juga naik 66% menjadi US$ 57 juta. Impor dari Thailand melonjak 152% tetapi memang nilainya relatif kecil hanya US$ 623 ribu, kemudian dari Pakistan tumbuh 19% menjadi US$ 927 ribu.

Beberapa negara tersebut memang sebelumnya sudah aktif menjual serealia ke Indonesia. Namun, BPS juga mencatat ada negara yang baru mengekspor gandum ke Indonesia, yakni Myanmar. Nilai impornya bulan lalu mencapai US$ 1,4 juta. 

Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) sebelumnya memperingatkan bahwa meskipun pangsa Rusia dan Ukraina terbilang kecil dalam perdagangan dan output dunia, kedua negara tersebut merupakan pemasok utama barang-barang penting termasuk makanan, energi, dan pupuk, yang pasokannya sekarang terancam oleh perang. Pengiriman gandum melalui pelabuhan Laut Hitam telah dihentikan, dengan konsekuensi yang berpotensi mengancam ketahanan pangan di negara-negara miskin.

Berdasarkan data OEC World, Rusia merupakan eksportir terbesar untuk andum dunia pada tahun 2020, sementara Ukraina berada di urutan kelima dunia. "Sub-sahara akan terpengaruh karena sekitar 85% gandum mereka pasokannya dari Rusia dan Ukraina," kata Margo.

Reporter: Abdul Azis Said