Kenaikan Bunga The Fed Tak Akan Seret Rupiah Jatuh Dalam

ANTARA FOTO/Reno Esnir/aww.
Ilustrasi. Ekonom memperkirakan BI akan mulai menaikkan bunga acuan pada paruh kedua tahun ini.
Penulis: Ashri Fadilla
Editor: Agustiyanti
5/5/2022, 17.43 WIB

Selain itu, menurut dia, BI biasanya akan masuk ke pasar untuk menstabilkan nilai tukar rupiah jika terjadi gejolak melalui tiga lapis intervensi, yakni melalui intervensi di pasar spot, Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), dan Surat Berharga Negara (SBN). Meski demikian, ia menekankan pentingnya pemerintah dan BI memperkuat koordinasi dalam rangka meminimalisir inflasi. Hal tersebut dilakukan untuk mendukung aliran modal asing ke pasar keuangan domestik.

“Dalam rangka mendukung daya tarik investasi instrumen keuangan berdenominasi rupiah, pemerintah dan BI perlu memperkuat koordinasi dalam rangka menjangkar ekspektasi inflasi sedemikian rupa,” kata Josua.

Sementara itu, Ekonom bank Mandiri Faisal Rahman memperkirakan BI akan mulai menaikkan suku bunga acuannya pada semester kedua tahun ini. Sebagaimana diperkirakan, menurut dia, stance kebijakan The Fed akan lebih hawkish menghadapi tekanan lonjakan inflasi. 

“Kami belum melihat BI perlu terbaru-buru menaikkan suku bunga,” ujarnya. 

Menurut Faisal, Indonesia terbantu oleh kenaikan harga komoditas akibat parang Rusia dan Ukraina yang mendorong kinerja ekspor dan surplus besar pada neraca perdagangan. Kondisi ini membantu transaksi neraca berjalan dan membantu menjaga stabilitas rupiah.

“Kondisi ini memberikan ruang kepada BI menahan Suku Bunga beberapa waktu. Kami perkirakan BI akan menjaga stabilitas dengan mengurangi quantitative easing sebelum menaikkkan bunga,” ujarnya.

Ia memperkirakan BI akan menahan suku bunga pada semester pertama tahun ini di level 3,5%. Namun, suku bunga acuan kemungkinan naik 0,75 bps sepanjang paruh kedua tahun ini ke level 4,25%. 

Halaman:
Reporter: Ashri Fadilla