Ekonomi RI Kuartal 2 Diramal Kinclong di Tengah Suramnya Ekonomi Dunia

ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/wsj.
Ilustrasi. Keputusan pemerintah untuk mengizinkan mudik lebaran dan tekanan inflasi yang terkendali memicu optimisme konsumen terhadap kondisi dan prospek ekonomi saat ini.
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
4/8/2022, 19.02 WIB

Berlanjutnya harga komoditas menopang kinerja ekspor yang kuat. Walhasil, surplus neraca perdagangan terus berlanjut selama lebih dari dua tahun. Kondisi ini membantu meredam dampak pengetatan moneter terhadap arus keluar modal asing dan depresiasi nilai tukar.

"Terlepas dari tekanan eksternal yang dapat mengarah pada kombinasi perlambatan ekonomi dan peningkatan tekanan inflasi, data sektor riil Indonesia menunjukkan bahwa aktivitas konsumen dan produsen masih bertahan kuat," kata Riefky.

Berbeda dari tiga ramalan sebelumnya, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan pertumbuhan kuartal II ini tidak setinggi kuartal sebelumnya. Ia memperkirakan pertumbuhan tahunan pada kuartal II ini hanya mencapai4,88%. Meski demikian, kinerja konsumsi dan investasi yang menjadi mesin utama pertumbuhan diramal bakal tumbuh lebih tinggi dari kuartal I.

Ramalan Kemenkeu dan BI

Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan juga kompak memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal II lebih tinggi dari kuartal pertama. Pendorongnya dari konsumsi dan investasi yang makin kuat, serta kinerja ekspor yang konsisten positif.

Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut sekalipun basis pertumbuhan kuartal II tahun lalu sudah tinggi di 7%, tetapi ia optimis pertumbuhan kuartal II ini mencapai di atas 5%. Begitu juga dengan Gubernur BI Perry Warjiyo yang menyebut ekonomi kuartal II akan tumbuh di 5,05%.

"Konsumsi swasta terus naik sejak Ramadan, karena mobilitas yang semakin baik sehingga meningkatkan konsumsi swasta, dan juga kinerja ekspor yang baik serta didorong dari kebijakan fiskal," kata Perry dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Senin (1/8)

Proyeksi pertumbuhan yang makin kuat tersebut di tengah suramnya kinerja ekonomi dunia pada kuartal kedua. Ekonomi terbesar dunia, Amerika Serikat resmi jatuh ke jurang resesi setelah kembali terkontraksi di 0,9% pada kuartal II.

Ekonomi Cina yang biasanya tumbuh lebih tinggi dari Indonesia, kini terperosok jauh. Negeri tirai bambu mencatatkan pertumbuhan 0,4% pada kuartal II, lebih rendah dari kuartal pertama 4,8%.

Halaman:
Reporter: Abdul Azis Said