IMF Akhirnya Berikan Bailout untuk Sri Lanka Rp 43 Triliun

ANTARA FOTOAdnan Abidi/aww.
Ilustrasi. IMF memperkirakan, ekonomi Sri Lanka terkontraksi 8,7% pada tahun ini. Inflasi juga telah melampaui 60% untuk periode Juli.
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
1/9/2022, 13.35 WIB

Meski demikian, IMF juga menyebut fasilitas penghapusan utang dari kreditur Sri Lanka lainnya dan pembiayaan tambahan dari mitra multilateral diperlukan. Ini untuk memastikan keberlanjutan utang dan menutup kesenjangan pembiayaan. Lembaga juga menyebut penting bagi otoritas untuk mencapi kespeskatan dengan kreditur swasta sebelum IMF masuk dengan kucuran dana.

IMF menyebut, Sri Lanka telah menghadapi krisis akut. Kerentanan meningkat seiring penyangga eksternal yang tidak memadai dan dinamika utang publik yang tidak berkelanjutan.

"Moratorium utang April menyebabkan Sri Lanka gagal memenuhi kewajiban eksternalnya, dan tingkat cadangan devisa yang sangat rendahtelah menghambat impor barang-barang penting, termasuk bahan bakar, yang lebih lanjut menghambat aktivitas ekononi," kata IMF.

IMF memperkirakan, ekonomi Sri Lanka terkontraksi 8,7% pada tahun ini. Inflasi juga telah melampaui 60% untuk periode Juli. Masyarakat miskin dan rentan telah menanggung dampak kenaikan harga lebih berat.

Halaman:
Reporter: Abdul Azis Said