Kemenkeu: Kenaikan Harga BBM Lebih Memukul Daya Beli Menengah Atas

ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/wsj.
Ilustrasi. Harga BBM berdampak pada daya beli masyarakat karena menyebabkan kenaikan sejumlah harga barang dan jasa.
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
5/9/2022, 15.48 WIB

Pemerintah optimistis pertumbuhan ekonomi dapat mencapai target sebesar 5,2% pada tahun ini meski harga BBM naik. Ini karena pukulan terhadap daya beli kelompok masyarakat miskin akibat kenaikan harga BBM diantisipasi pemerintah memalui pemberian Bantuan Langsung Tunai (BLT).

"Daya beli masyarakat yang sebetulnya terdampak terutama dari kenaikan harga ini adalah kelas menengah atas," kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu di Kompleks Parlemen, Senin (5/9).

Di sisi lain, ia memastikan daya beli masyarakat kelompok miskin terjaga. Menurut hitung-hitungan Kemenkeu, kenaikan harga BBM memang  akan menambah biaya hidup masyarakat 40% termiskin sebesar Rp 8 triliun. Namun, ini telah dikompensasi dengan adanya tambahan bantuan sosial (bansos) sebesar Rp 24,17 triliun.

"Kami yakin bahwa tambahan bansos akan cukup, khususnya untuk kelompok masyarakat rentan dan miskin," kata Febrio.

Pemerintah menambah anggaran bansos Rp 24,17 triliun yang diklaim menjangkau hingga 40% termiskin. Dari alokasi tersebut terdapat Bantuan Langsung Tunai (BLT) disiapkan sebesar Rp 12,4 triliun yang menjangkau 20,65 juta keluarga.

Kenaikan harga-harga akibat BBM  kemungkinan mengerek threshold garis kemiskinan sehingga berpotensi menambah jumlah orang miskin, Namun Febrio mengklaim tambahan bansos akan membangtu mengurangi angka kemiskinan tahun ini hingga 0,3%.

Halaman:
Reporter: Abdul Azis Said