Imbas Perang, Bank Dunia Ramal Ekonomi Rusia Masih Resesi Tahun Depan

ANTARA FOTO/REUTERS/Carlos Barria/WSJ/cf
Ilustrasi. Ekonomi Rusia diperkirakan kembali mengalami resesi di tahun depan seiring berlakunya sanksi dari negara Barat imbas perang berkepanjangan dengan Ukraina.
Penulis: Abdul Azis Said
5/10/2022, 11.58 WIB

Bank Dunia memperkirakan ekonomi Rusia masih akan resesi pada tahun depan dengan outlook pertumbuhan negatif seiring sanksi perang oleh beberapa negara barat. Sekutunya, Belarusia juga diperkirakan masih mencatat pertumbuhan negatif dua tahun beruntun sampai tahun depan.

Prospek pertumbuhan ekonomi Rusia berangsur membaik tahun depan. Proyeksi pertumbuhan tahun ini terkontraksi 4,5%. Pertumbuhan negatif masih akan berlanjut tahun depan tetapi mulai membaik, yakni kontraksi 3,6%, sebelum akhirnya tumbuh positif di 1,6%.

"Perekonomian telah mengalami penurunan impor yang tajam, dan penurunan pendapatan riil. Resesi akan berlanjut pada 2023 karena sanksi dan pengurangan ekspansi fiskal. Setelah itu, ekonomi diperkirakan akan stabil," kata Bank Dunia dalam laporan terbarunya dikutip Rabu (5/10).

Pemulihan konsumsi akan lemah tahun ini karena upah riil tetap lemah dan stimulus fiskal lebih lanjut dibatasi karena pihak berwenang berusaha mengurangi defisit, termasuk dengan menaikkan pajak. Neraca keuangan pemerintah Rusia diperkirakan defisit 1,8% PDB tahun ini.

Dampak positif dari kebijakan moneter yang lebih longgar terhadap pertumbuhan kredit relatif terbatas karena sektor perbankan menghadapi kerugian besar dan ketidakpastian. Sistem perbankan Rusia mengalami kerugian signifikan sebesar 1,5 triliun rubel selama paruh pertama tahun ini. Kerugian ini tidak membahayakan solvabilitas sektor perbankan, tetapi dapat menghambat kemampuannya dalam mendukung perekonomian.

Di sisi lain, larangan Uni Eropa terhadap minyak Rusia akan mengurangi ekspor pada semester kedua 2022 dan 2023. Negara-negara di Eropa itu berencana memblokir secara parsial suplai minyak dari Rusia dan memperluas rencana pengenaan batas harga yang lebih rendah.

Prospek pertumbuhan akan moderat pada 2024 karena ekonomi stabil dari guncangan sanksi dan adanya pemulihan bertahap terhadap permintaan domestik dan ekspor. Namun perekonomian beruang merah dalam jangka menengah dan panjang akan sangat rendah karena telah kehilangan akses terhadap sumber utama produktivitas. 

Hal ini bukan hanya menahan potensi pertumbuhan tetapi juga mengganggu tujuan pengurangan kemiskinan. Kemiskinan diperkirakan akan meningkat hingga hampir 4% pada tahun 2023, sementara pertumbuhan yang sedikit pada tahun 2024 akan menghalangi pengurangan kemiskinan.

Selain itu, Rusia juga masih akan menghadapi tantangan berupa harga-harga tinggi. Inflasi di Rusia tahun ini diperkirakan mencapai 13,9% dan masih akan bertahan di atas target bank sentral 4% sampai tahun 2024.

Bukan hanya Rusia, tetangganya, Belarusia juga masih akan berkontraksi tahun depan sebagai imbas dari perang di Ukraina. Kontraksi kegiatan ekonomi dan kemiskinan yang lebih tinggi diproyeksikan pada tahun 2023. Perekonomian dirmal terkontraksi 6,2% tahun ini dan 2,3% tahun depan. Penyebabnya, dunia usaha terus menghadapi hambatan sisi penawaran, sementara efek dari kebijakan untuk mendukung perekonomian dan mempromosikan substitusi impor belum terwujud.

"Resesi semakin dalam karena ekspor terhambat oleh sanksi sektoral dan gangguan perdagangan dengan Ukraina. Ketika inflasi meningkat, suku bunga riil turun, membantu meringankan kendala kredit bagi perusahaan, tetapi memperluas bujet rumah tangga," kata bank Dunia.

Reporter: Abdul Azis Said