Cerita Sri Mulyani soal G20 Hampir Bubar karena Perang Rusia-Ukraina

ANTARA FOTO/POOL/Fikri Yusuf/rwa.
Menteri Keuangan Sri Mulyani bersama Gubernur Bank Indonesia telah memimpin empat kali pertemuan jalur keuangan, yakni rapat tingkat menteri keuangan dan gubernur bank sentral G20.
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
26/10/2022, 16.04 WIB

Serangan Rusia ke Ukraina menimbulkan perpecahan di dalam keanggotaan G20. Menteri Keuangan Sri Mulyani bercerita soal peran Indonesia menahkodai G20 tahun ini saat kelompok 20 negara ekonomi terbesar dunia itu terancam bubar.

"Indonesia kan selama ini ingin terus memainkan peran sebagai jembatan terhadap pihak-pihak yang berkonflik. Itu juga kami lakukan di tingkat menteri karena pada awal perang, ada keinginan agar G20 pecah dan bubar," kata Sri Mulyani dalam wawancara dengan Metro TV usai pertemuan keempat G20 Jalur Keuangan dikutip Rabu (25/10).

Sri Mulyani bersama Gubernur Bank Indonesia memimpin empat kali pertemuan jalur keuangan, yakni rapat tingkat menteri keuangan dan gubernur bank sentral G20. Pertemuan ini pun tak luput dari suasana yang dibalut ketegangan. Menurut Sri Mulyani, berapa pihak yang saling berkonflik menolak berada satu ruangan yang sama.

Beberapa perwakilan negara anggota diketahui juga walk out alias meninggalkan ruangan di tengah rapat. Aksi ini salah satunya terjadi pada pertemuan Jalur Keuangan yang kedua di Washington DC pada April lalu. Perwakilan Amerika Serikat, Inggris dan Kanada diketahui walk out saat Rusia berbicara.

Namun dalam pertemuan keempat jalur keuangan, menurut dia, Rusia dan G7 dapat berbicara dalam satu ruangan tanpa ada lagi aksi walkout.

Selain aksi walkout, menurut dia, terjadi fragmentasi dalam rapat-rapat G20 terutama soal isu yang berkaitan dengan perang. Ia mencontohkan, negara-negara anggota saling berbeda pendapat soal biang kerok dari berbagai krisis pangan dan energi saat ini.

"Ini yang menjadi kesulitan besar, karena setiap pihak mengatakan bahwa yang satu yang menyebabkan masalah, jadi itu merupakan salah satu yang mungkin nanti akan mewarnai juga pada KTT G20 bulan depan," kata Sri Mulyani.

Sri Mulyani menyebut Indonesia telah memainkan peran yang besar untuk menjaga agar G20 tetap utuh hingga saat ini. Hal ini pun diapresiasi oleh sejumlah negara.

Tak Ada Komunike di Jalur Keuangan

Pertemuan Jalur Keuangan keempat beberapa pekan lalu diketahui gagal menghasilkan komunike, yakni dokumen kesepakatan oleh negara-negara anggota G20 terkait isu-isu yang dibahas. Sebagai gantinya, G20 hanya mengeluarkan ringkasan berupa chair summary, sama seperti saat pertemuan ketiga di Bali lalu.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan chair summary berisi 15 paragraf, dua paragraf diantaranya tidak mencapai kesepakatan. Paragraf pertama terkait asesmen kondisi ekonomi global terkini. G20 terbelah soal siapa yang menjadi biang kerok di balik suramnya ekonomi saat ini.

Paragraf kedua terkait krisis pangan dan energi. Mirip dengan paragraf pertama, Perry menyebut negara G20 terbelah soal penyebab dari kerawanan pangan dan energi yang meningkat di banyak negara.

"Tentu saja negara-negara maju G7 mengatakan kondisi global seperti ini karena ada invasi Rusia ke Ukraina, sedangkan Rusia mengatakan kondisi ini karena sanksi," kata Perry dalam interview dengan Metro TV.

Dua paragraf itu, menurut dia, tak dapat mencapai kesepakatan karena terkait masalah politik. Padahal, menurut dia, masalah ekonomi dan keuangan yang dibahas dalam G20 sudah banyak kemajuan. Perry pun melihat, isu politik masih akan mewarnai pertemuan KTT bulan depan.

Reporter: Abdul Azis Said

Dalam rangka mendukung kampanye penyelenggaraan G20 di Indonesia, Katadata menyajikan beragam konten informatif terkait berbagai aktivitas dan agenda G20 hingga berpuncak pada KTT G20 November 2022 nanti. Simak rangkaian lengkapnya di sini.