Airlangga Ramal Batu Bara Masih Cuan Meski Ekonomi Suram Tahun Depan

ANTARA FOTO/Jessica Helena Wuysang/rwa.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto melihat harga minyak kelapa sawit (CPO) masih akan tinggi meskipun telah turun beberapa waktu terakhir.
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
2/12/2022, 15.14 WIB

Dalam laporan Bank Dunia akhir Oktober lalu, harga sejumlah komoditas ekspor unggulan Indonesia akan turun pada tahun depan. Harga energi melonjak sejak pecahnya perang di Ukraina. Namun, harga energi dalam nominal dolar AS diproyeksikan turun 11% pada 2023, setelah melonjak sekitar 60% pada tahun ini. Namun harganya masih akan 75% di atas rata-rata selama lima tahun terakhir.

"Penggerak utama dari prospek tersebut termasuk pertumbuhan global yang lebih lambat, permintaan gas alam yang lebih lemah karena rumah tangga dan industri mengurangi konsumsi, dan beberapa respons suplai terutama untuk batu bara," kata Bank Dunia dalam laporan Commodity Markets Outlook edisi Oktober 2022, Kamis (27/10).

Harga batu bara Australia tahun depan diperkirakan mencapai US$ 240 per mt, turun seperempat dari harganya tahun ini. Prospek ini seiring produksinya yang diperkirakan meningkat. Meski demikian harga batu bara masih akan jauh di atas harga pada tahun lalu maupun 2020.

Harga minyak mentah Brent diperkirakan rata-rata US$ 92 per barel pada tahun depan, turun 8% dibandingkan tahun ini. Namun harganya masih jauh di atas rata-rata lima tahun US$ 60 per barel. Pertumbuhan konsumsi minyak dunia diperkirakan di bawah 2%, ditopang pembukaan kembali ekonomi Cina tetapi resesi akan mengurangi permintaan.

Harga CPO diperkirakan turun 17,6%. penurunan harga terutama karena meningkatnya produksi serta kebijakan penghapusan larangan ekspor oleh pemerintah Indonesia. Penurunan pada harga-harga minyak nabati, termasuk minyak sawit, juga dipengaruhi melemahnya permintaan global serta dimulainya kembali ekspor minyak bunga matahari dari Ukraina melalui Laut Hitam.

Halaman:
Reporter: Abdul Azis Said