Sinyal Kenaikan Suku Bunga The Fed Melambat, BI: Masih Berlanjut 2023

ANTARA FOTO/Adiwinata Solihin/wsj.
Seorang warga menukarkan uang di mobil kas keliling Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Gorontalo di Kota Gorontalo, Gorontalo, Jumat (19/8/2022). KPw Bank Indonesia Gorontalo membuka pelayanan penukaran Uang Tahun Emisi (TE) 2022 yang terdiri atas pecahan uang Rupiah kertas Rp100.000, Rp50.000, Rp20.000, Rp10.000, Rp5.000, Rp2.000, dan Rp1.000 dengan batasan penukaran Rp1 juta per orang.
9/12/2022, 12.21 WIB

Bank Indonesia memperkirakan bank sentral AS, The Fed masih akan menaikkan suku bunga pada pertemuan pekan depan tetapi tidak akan setinggi kenaikan sebelum-sebelumnya. Tren kenaikan suku bunga juga diperkirakan masih berlanjut sampai tahun depan.

"Suku bunga Amerika Serikat masih akan naik lagi Desember diperkirakan 50 bps atau 0,5%," kata Deputi Gubernur Senior BI, Destry Damayanti dalam acara Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan Wilayah Bali Nusra, Jumat (9/12).

The Fed sudah menaikkan suku bunga 375 bps selama enam pertemuan beruntun sehingga menjadi 3,75%-4% pada November. Salah satu bank sentral utama dunia itu bahkan mengambil langkah luar biasa, dengan kenaikan bunga agresif sebesar 75 bps selama empat pertemuan beruntun.

Kenaikan bunga tersebut sebagai respons atas inflasi di Negeri Paman Sam yang sempat mencapai rekor tertingginya dalam empat dekade. Suku bunga kemudian mulai dinaikkan 25 bps pada Maret lalu, kemudian dilipatgandakan dengan kenaikan 50 bps pada Mei, serta kenaikan 75 bps pada empat pertemuan terakhir Juni, Juli, September dan November.

"Nanti pada 2023 masih diperkirakan naik. Jadi dengan kondisi ini kita memang enggak bisa berharap banyak dengan global," ujar Destry.

Perubahan signifikan pada suku bunga The Fed itu telah menimbulkan dampak ke perekonomian, bukan hanya di Amerika Serikat tetapi juga dunia. Kondisi pasar keuangan dunia menjadi semakin tidak jelas yang disebutnya sebagai VUCA, atau volatility, uncertainty, complexity dan ambiguity. 

Setelah kenaikan bunga agresif, The Fed tampaknya mulai memasuki era perlambatan kenaikan bunga. Mengutip CNBC Internasional, Gubernur The Fed Jerome Powell dalam pidatonya di Brookings Institution menegaskan bahwa pihaknya melihat kemungkinan mulai memperlambat kenaikan suku bunga pada pertemuan bulan ini yang juga merupakan pertemuan terakhir The Fed tahun ini.

Meski demikian, Powell juga kembali menegaskan bahwa masih banyak pekerjaan yang perlu dilakukan untuk membawa inflasi turun hingga 2%. Ini mengindikasikan kenaikan kemungkinan masih berlanjut sekalipun tidak akan seagresif sebelumnya.

Para pembuat kebijakan The Fed dijadwalkan bertemu pada 14-15 Desember 2022. Mayoritas pasar memperkirakan kenaikan bunga 50 bps. Berdasarkan alat pemantauan CME Group, probabilitas kenaikan bunga 0,5% pada pertemuan pekan depan sebesar 79,4%, sisanya memperkirakan bunga masih naik 75 bps.

Reporter: Abdul Azis Said