Kementerian Keuangan juga melaporkan mayoritas dari utang pemerintah pada akhir tahun lalu berasal dari mata uang lokal, rupiah yang mencapai 70,75%. Proporsi yang besar ini dinilai dapat menjadi tameng bagi pemerintah dalam menghadapi volatilitas tinggi pada mata uang asing dan dampaknya terhadap pembayaran bunga utang luar negeri.
"Dengan strategi utang yang memprioritaskan penerbitan dalam mata uang rupiah, porsi utang dengan mata uang asing ke depan diperkirakan akan terus menurun dan risiko nilai tukar dapat makin terjaga," kata Kemenkeu.
Di samping itu, SBN yang mendominasi porsi utang pemerintah, juga sebagian besar dipegang oleh investor lokal. Kepemilikannya saat ini didominasi perbankan dan Bank Indonesia, sementara epemilikan investor asing telah menyusut tersisa 14,36% dari akhir 2019 masih sebesar 38,57%.
"Meski demikian, pemerintah akan terus mewaspadai berbagai risiko yang berpotensi meningkatkan cost of borrowing seperti pengetatan likuiditas global dan dinamika kebijakan moneter negara maju," kata Kemenkeu.