Nilai tukar rupiah ditutup melemah ke Rp 15.206 per dolar AS di pasar spot sore ini. Data inflasi AS bulan Januari yang lebih tinggi dari perkiraan telah memicu pelemahan rupiah sekalipun data neraca dagang menunjukkan surplus masih berlanjut.
Rupiah melemah 0,26% dari posisi penutupan kemarin. Koreksi juga dialami mayoitas mata uang Asia lainnya sore ini, kecuali dolar Hong Kong yang menguat 0,02%. Beberapa mata uang Asia lainnya anjlok dalam seperti baht Thailand yang terkoreksi 1,16%, ringgit Malaysia 1,06% dan won Korea Selatan 1,03%.
Direktut PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyebut pelemahan rupiah seiring dolar AS menguat usai rilis data inflasi AS semalam. Inflasi konsumen AS bulan lalu sevesar 0,5% secara bulanan dan 6,4% secara tahunan. Realisasi tersebut di atas perkiraan pasar yang disurvei Dow Jones masing-masing 0,4% dan 6,2%.
Inflasi inti, yang tidak menghitung kenaikan harga energi dan pangan, juga di atas perkiraan pasar. Realisasinya 0,4% secara bulanan dan 5,6% secara tahunan.
"Dolar mendapat dukungan di Asia pada hari Rabu setelah inflasi AS yang sangat tinggi menunjukkan suku bunga akan tetap tinggi lebih lama dari yang diharapkan investor," kata Ibrahim dalam catatannya, Rabu (15/2).
Dari dalam negeri, neraca perdagangan Indonesia bulan lalu yang rilis hari ini menunjukkan surplus sebesar US$ 3,87 miliar. Dengan demikian, surplus dagang sudah berlangsung selama 33 bulan berturut-turut.
Nilai ekspor mencapai US$ 22,31 miliar atau turun 6,36% dibanding bulan sebelumnya. Namun masih meningkat 16,37% dibandingkan tahun lalu. Sedangkan nilai impor mencapai US$ 18,44 miliar, turun 7,15% dibandingkan bulan sebelumnya tetapi naik 1,27% dibandingkan dibandingkan tahun lalu.
"Surplus neraca perdagangan Januari 2023 turun tipis dibandingkan dengan Desember 2022. Namun angka surplus itu lebih tinggi dibandingkan prediksi pelaku pasar yang memperkirakan sebesar US$ 3,35 miliar," kata Ibrahim.