Rupiah dibuka melemah ke level Rp 15.375 per dolar Amerika Serikat (AS) di pasar spot pagi ini (20/3). Namun analis memperkirakan rupiah menguat terdongkrak kesepakatan UBS membeli Credit Suisse.
Rupiah menguat ke arah Rp 15.363 pada Pukul 09.20 WIB, berdasarkan data Bloomberg. Namun kurs Garuda melemah 0,12% dari posisi penutupan akhir pekan lalu.
Beberapa mata uang Asia lainnya juga terkoreksi pagi ini, di antaranya:
- Yen Jepang 0,35%
- Dolar Taiwan 0,04%
- Won Korsel 0,26%
- Yuan Cina 0,01%
Sedangkan mata uang Asia yang menguat, yakni:
- Dolar Singapura 0,07%
- Dolar Hong Kong 0,01%
- Peso Filipina 0,11%
- Rupee India 0,23%
- Ringgit Malaysia 0,31%
- Baht Thailand 0,07%
Analis DCFX Lukman Leong memperkirakan rupiah menguat setelah UBS sepakat membeli Credit Suisse. Lukman memprediksi rupiah bergerak di rentang Rp 15.300 - Rp 15.450 per dolar AS.
Bank raksasa asal Swiss itu sepakat membeli Credit Suisse 3 miliar franc atau setara Rp 49,75 triliun. Kesepakatan dibuat atas desakan regulator keuangan Swiss ini bertujuan mencegah kejatuhan Credit Suisse yang dapat mengancam sistem perbankan global.
"Namun penguatan rupiah mungkin terbatas melihat respons pasar yang cenderung mix atas perkembangan terbaru ini," kata Lukman dalam catatannya pagi ini, Senin (20/3).
Investor masih mengantisipasi pertemuan pembuat kebijakan bank sentral AS, The Fed. Mayoritas pasar memperkirakan The Fed masih dovish, namun tetap menaikkan suku bunga 25 basis poin (bps). Meski beberapa memprediksi tidak naik.
Analis PT Sinarmas Futures Ariston Tjendra memperkirakan rupiah menguat hari ini seiring ekspektasi the Fed tak akan agresif mengerek bunga mempertimbangkan krisis perbankan belakangan ini.
Level support rupiah hari ini diperkirakan Rp 15.280 - Rp 15.300, dengan potensi resisten di Rp 15.400 per dolar AS.
Sejumlah data ekonomi AS yang dirilis akhir pekan lalu, yakni data produksi industri Februari dan survei tingkat keyakinan konsumen Maret tercatat turun. Data-data ini semakin mendukung ekspektasi pasar bahwa The Fed akan dovish.
"Ekonomi AS sedang tidak baik, sehingga akan sulit menerima suku bunga yang tinggi," kata Ariston dalam catatannya.
Selain itu, kesepakatan UBS membeli Credit Suisse dinilai akan membantu rupiah.