Tren Pelemahan Rupiah Berlanjut, Pasar Masih Tunggu Kebijakan The Fed
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dibuka melemah 0,09% ke level 15.370 pada awal perdagangan Selasa (19/9). Ekonom memperkirakan tren pelemahan rupiah akan terus berlanjut.
Pengamat pasar uang, Lukman Leong memprediksi rupiah akan bergerak datar dengan kecenderungan melemah terbatas. Dengan absennya data ekonomi penting dari AS maupun Indonesia hari ini, investor cenderung wait and see.
“Rupiah diperkirakan akan bergerak dalam rentang 15.300-15.450,” kata Lukman dalam risetnya.
Pengamat pasar uang Ariston Tjendra menilai rupiah masih berpeluang melemah terhadap dolar AS hari ini karena pasar menantikan hasil rapat bank sentral AS pada Kamis (19/9) dini hari.
The Fed berpotensi menaikkan suku bunga ditunjang membaiknya data ekonomi AS dan inflasi yang masih belum turun ke 2%. Namun demikian, pasar memperkirakan The Fed memiliki peluang untuk tetap mempertahankan suku bunga.
“Tapi The Fed mungkin akan memberikan indikasi untuk tetap mendukung kebijakan suku bunga tinggi,” kata Ariston dalam risetnya.
Selain itu, Ariston menilai harga minyak mentah yang terus naik bisa menyulut inflasi lagi dan menjadi masalah baru bagi perekonomian global. Untuk Indonesia, kenaikan harga tersebut juga menambah kebutuhan dolar AS untuk mengimpor minyak mentah.
“Jadi faktor ini bisa mendukung penguatan dolar AS terhadap nilai tukar lainnya termasuk rupiah,” katanya.
Potensi pelemahan rupiah hari ini diperkirakan akan berada dalam rentang 15.380-15.400, dengan potensi support di kisaran 15.330.
Mayoritas pergerakan mata uang Asia terhadap dolar AS juga melemah. Seperti yen Jepang turun 0,08%, dolar Singapura turun 0,04%, yuan Cina turun 0,04%, ringgit Malaysia turun 0,05%, dan baht Thailand turun 0,07%.
Menurut Forbes Advisor, rupiah merupakan salah satu mata uang dengan di dunia pada awal Juli 2023. Forbes Advisor mengukur kekuatan mata uang negara-negara berdasarkan nilai tukarnya terhadap dolar Amerika Serikat (USD).