Mata uang Rupiah ditutup menguat sebesar 0,06% atau 9,50 poin menjadi Rp 15.492,50 per dolar AS pada penutupan akhir pekan perdagangan (15/12). Pada penutupan perdagangan sebelumnya, Kamis (14/12), nilai mata uang Rupiah berada di level Rp 15.502 per dolar AS.
Rupiah menguat diduga imbas dari keputusan Bank Sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve (The Fed) yang memberi isyarat mempertahankan suku bunga tetap stabil di level 5,25%-5,50%. Selain itu, pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) disebutkan peluang tiga kali penurunan suka bunga pada tahun depan.
Pimpinan The Fed Jerome Powell mengatakan arah pergerakan inflasi sudah sesuai dengan keinginan The Fed. "Kami melihat pertumbuhan kuat yang tampaknya moderat. Kami melihat pasar tenaga kerja kembali seimbang, inflasi mengalami kemajuan nyata," kata dia.
Menyusul keputusan tersebut, Dow Jones Industrial Average melonjak lebih dari 400 poin, melampaui 37.000 untuk pertama kalinya. Sedangkan Dolar langsung melemah terhadap Euro dan Yen. Indeks dolar AS turun menjadi 102,89, turun 0,83%, dan terendah sejak 30 November.
Sementara itu, mengutip Reuters, Bank Sentral Inggris (BoE) dan Bank Sentral Eropa (ECB) mempertahankan biaya pinjaman tetap stabil dan menjaga kondisi moneter tetap ketat.
Presiden ECB Christine Lagarde mengatakan inflasi belum mereda dan masih ada pekerjaan yang harus dilakukan, yang bisa berupa menahan tarif. "Kami rasa ini bukan waktunya untuk menurunkan kewaspadaan," kata dia Kamis (14/12).
Inflasi di zona Euro mencapai 2,4% pada November dan diperkirakan akan terus meningkat dalam beberapa bulan mendatang yang salah satunya disebabkan perubahan pajak. Meskipun mengakui tekanan harga sedikit mereda, Lagarde mengatakan inflasi domestik, yang sebagian besar didorong oleh biaya upah di 20 negara yang menggunakan euro, “tidak berubah”.
Alih-alih menurunkan suku bunga, Lagarde mengatakan pengetatan akan terus mempelajari situasi. "Kami perlu lebih memahami apa yang terjadi di sana," kata Lagarde mengenai dinamika upah tersebut, dan sejauh mana gaji yang lebih tinggi akan diserap oleh perusahaan.
Di pasar AS, imbal hasil (yield) obligasi Pemerintah Amerika Serikat (AS) tercatat menurun. Imbal hasil obligasi Treasury AS bertenor 10 tahun turun hingga ke posisi 4,1%, terendah sejak Agustus.