Jepang Resesi, RI Diminta Cari Negara Alternatif Tujuan Ekspor
Resesi Jepang akan memberi dampak langsung terhadap kinerja perdagangan Indonesia pada 2024. Sebab, negara berjuluk negeri matahari terbit ini merupakan salah satu tujuan ekspor nonmigas utama.
Bahkan penurunan ekspor Indonesia sudah mulai terasa sejak tahun lalu. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, nilai ekspor nonmigas Indonesia ke Jepang anjlok 18,59% secara kumulatif menjadi US$ 18,9 miliar pada 2023.
Penurunan ini pun berlanjut pada awal tahun ini. Per Januari 2024, nilai ekspor nonmigas Indonesia ke Jepang hanya US$ 1,46 miliar, melemah 22,73% dibanding Januari 2023.
Adapun komoditas ekspor utama Indonesia ke Jepang adalah bahan bakar mineral mencakup batu bara, mesin dan peralatan listrik, perhiasan dan permata, nikel, kayu dan produk turunannya, karet dan produk turunannya, kendaraan dan komponennya.
Dengan pelemahan tersebut, sejumlah ekonom mendorong pemerintah untuk segera mengambil langkah cepat. Sebab jika tidak segera diantisipasi, maka kinerja ekspor Indonesia bisa anjlok pada tahun ini.
Alternatif Negara Tujuan Ekspor RI
Ekonom Center of Economics and Law Studies (Celios) Nailul Huda misalnya, mendorong pemerintah melakukan diversifikasi negara tujuan ekspor. Sebab, Jepang merupakan salah satu negara tujuan ekspor terbesar Indonesia.
“Masalahnya adalah, ekspor kita ke Jepang termasuk yang tertinggi. Artinya kita harus mendiversifikasi negara tujuan ekspor. Mungkin ke negara Timur Tengah dan Afrika bisa jadi tujuan ekspor baru,” ujarnya.
Selain itu, perlu ada penguatan konsumsi melalui peningkatan daya beli rumah tangga agar resesi yang dialami oleh negara-negara besar tidak berdampak besar terhadap perekonomian. “Menjaga tingkat inflasi juga menjadi hal penting,” ujarnya.
Tak berbeda, Ekonom Center of Reform on Economic (CORE) Yusuf Rendy juga menyarankan pemerintah untuk melakukan diversifikasi negara tujuan ekspor guna mengantisipasi dampak resesi.
Yusuf menyebut, ekspor Indonesia ke Jepang sebagian besar untuk produk tekstil, alas kaki dan furniture kayu. Sehingga, potensi penurunan sektor ini perlu diantisipasi oleh para pelaku usaha.
“Bagi pelaku usaha yang menjadikan ekspor ke Jepang sebagai salah satu tujuan utama, saya kira perlu melakukan evaluasi dan mulai memikirkan kira-kira pasar mana yang bisa menjadi alternatif selain Jepang,” ujarnya.
Negara yang Didominasi Penduduk Berusia Produktif
Dalam hal ini, Yusuf meminta pemerintah mempertimbangkan negara-negara yang didominasi penduduk berusia produktif. Seperti beberapa negara di Asia Selatan dan Afrika Utara yang dinilai prospektif.
"Kita ambil contoh Pakistan dan India, mempunyai market yang tumbuh dan relatif mirip dengan Indonesia, sehingga permintaan terhadap berbagai produk barang akan lebih dinamis,” ujarnya.
Menurut Yusuf, Pakistan merupakan negara berpenduduk muslim sehingga ekspor produk-produk halal bisa dikembangkan dan didorong. Selain itu, Mesir juga bisa menjadi negara tujuan ekspor lain.
“Dengan alasan yang sama dengan Pakistan dan kedua negara ini, meski prospektif, tapi kalau kita lihat secara share, relatif masih kecil terhadap komposisi ekspor Indonesia,” ujarnya.