Menkeu Ungkap Fenomena Friendshoring pada Perdagangan Global, Apa Itu?

Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Menteri Keuangan Sri Mulyani
7/3/2024, 16.23 WIB

Ketegangan geopolitik di sejumlah negara akan memberi dampak terhadap perdagangan dan ekonomi global, tak terkecuali bagi Indonesia. Jika kondisi ini terus berlanjut, maka dikhawatirkan akan berdampak langsung terhadap minat investasi di tanah air.

Kehawatiran itu pun datang dari Manteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Dia bahkan memperkirakan dampak ketegangan geopolitik tersebut bisa menekan atau mengurangi minat investasi di Indonesia.

“Kondisi global masih dipenuhi ketegangan geopolitik yang tentu makin menekan minat investasi,” kata Sri Mulyani dalam BRI Microfinance Outlook 2024 di Jakarta, Kamis (7/3).

Sri Mulyani menyebut pembangunan dan perekonomian Indonesia tak terlepas dari kondisi global. Sebab, ketegangan geopolitik ini akan menciptakan fenomena dikenal dengan nama ‘friendshoring’.

World Economic Forum menyebut fenomena ‘friendshoring’ muncul dari krisis ekonomi yang terjadi beberapa tahun terakhir akibat ketegangan geopolitik di sejumlah negara yang berdampak pada ketersediaan rantai pasokan global.

'Friendshoring' juga mengacu pada pengalihan rute rantai pasokan ke negara-negara yang dianggap aman secara politik dan ekonomi, atau memiliki risiko rendah. Dengan demikian, risiko terhambatnya rantai pasok bisa ditekan sekecil mungkin.

Biasanya, kerja sama dilakukan dengan mitra dagang terpercaya dan mempunyai kesamaan nilai-nilai dalam mengamankan pasokan dan produksi dalam negeri. Misalnya, kerja sama untuk mendapatkan komponen dan bahan baku dari negara-negara sahabat.

Investasi Tidak Berdasarkan Profitabilitas

Munculnya fenomena ‘friendshoring’ dikhawatirkan sejumlah negara karena akan memberi dampak terhadap minat investasi. Sri Mulyani bahkan sudah berkali-kali mewaspadai dampak fenomena tersebut.

“Investasi tidak lagi berdasarkan profitabilitas namun sudah terjadi fragmentasi berdasarkan teman atau tidak teman atau friendshoring,” ujarnya.

Selain friendshoring', fenomena proteksi perdagangan atau protectionism juga menjadi tantangan bagi Indonesia. Hal ini tercermin dari Prompt Manufacturing Index (PMI) di berbagai negara masih mengalami kontraksi.

Ini merupakan komposit indikator yang dibuat untuk menyediakan gambaran umum mengenai kondisi sektor industri di berbagai negara berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU).

Dengan penurunan indikator tersebut, berpengaruh terhadap kinerja Produk Domestik Bruto (PDB) global pada tahun 2024 yang diperkirakan masih akan melemah atau belum pulih.

Sri Mulyani mengungkapkan bahwa dalam G20, para menteri keuangan dan gubernur bank sentral membahas bagaimana isu global ini akan memengaruhi kinerja perekonomian, tidak hanya untuk negara-negara G20 namun juga dunia.

Apalagi, proteksionisme dan suku bunga global yang tinggi dikaitkan dengan stabilitas sistem keuangan dan juga kinerja dari lembaga-lembaga nonbank.

"Sekarang ini menjadi pusat perhatian dari regulator karena dianggap berpotensi menciptakan sebuah risiko baru bagi perekonomian global,” ujar Sri Mulyani.

Reporter: Zahwa Madjid