Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah 0,73% ke level 15.783 pada awal perdagangan Senin (25/3). Analis pasar uang, Lukman Leong, menilai rupiah akan melemah terhadap dolar yang masih melanjutkan penguatan.
Investor merespon pemangkasan suku bunga oleh bank sentral Swiss, Swiss National Bank, pekan lalu.
“Pemangkasan ini sebagai langkah yang akan diikuti bank sentral lainnya,” ujar Lukman.
Penguatan Dolar AS juga kembali didukung oleh pernyataan hawkish dari pejabat the Fed dari Atlanta, Raphael Bostic. Istilah hawkish biasa muncul sebagai respon untuk menggambarkan kebijakan moneter yang cenderung kontraktif seperti menaikkan suku bunga atau mengurangi neraca bank sentral.
Rupiah diperkirakan bergerak dalam rentang 15.750-15.850
Sejumlah mata uang Asia justru menunjukkan penguatan terhadap dolar AS. Melansir Bloomberg, baht Thailand menguat 0,31%, ringgit Malaysia menguat 0,19%, yuan Cina menguat 0,44%, dolar Singapura menguat 0,11%, dolar Hong Kong menguat 0,04%.
Pengamat pasar uang, Ariston Tjendra, menilai rupiah berpeluang menguat terhadap dolar AS hari ini. Kabar dari Bank Sentral Cina pagi ini yang menyuntikan 50 miliar yuan ke 7-day reverse repo, mendorong penguatan nilai tukar emerging terhadap dolar AS.
“Suntikan likuiditas ke pasar ini bisa membantu memulihkan perekonomian Cina yang juga memberikan sentimen positif untuk perekonomian negara yang berhubungan dengan Cina,” ujar Ariston, Senin (25/3).
Rupiah berpeluang menguat ke arah 15680-15700 dengan potensi resisten di kisaran 15800.
Di sisi lain, Arison menilai pelaku pasar masih mencerna hasil Rapat moneter Bank Sentral AS. Indeks dolar AS ditutup menguat 0,44% di kisaran 104,43 di hari terakhir perdagangan pekan lalu.
Dolar AS bergerak menguat pasca hasil rapat moneter FOMC Kamis dinihari lalu.
“Pasar kelihatannya masih mencermati pernyataan The Fed yang masih tidak akan terburu-buru memangkas suku bunga meskipun dalam proyeksi ekonominya, the Fed bisa memangkas sebanyak 3 kali tahun ini dan 3 kali lagi tahun depan,” ujarnya.
Data-data ekonomi AS yang dirilis sesudah rapat menunjukkan kondisi manufaktur, perumahan dan tenaga kerja yang masih solid.
“Ini bisa mendukung sikap tidak terburu-buru The Fed,” ujarnya
Bila data-data ekonomi AS ke depan kembali menunjukan pemburukan, pasar akan kembali berekspektasi positif soal pemangkasan suku bunga the Fed dan dolar bisa melemah lagi.