Sejumlah analis mewaspadai prospek suram ekonomi Iran pada tahun depan, karena kebijakan pemerintah yang cenderung tidak efisien dan negara masih menghadapi tekanan besar atas sanksi Amerika Serikat (AS).

Dilansir dari Iran International, Rabu (17/4), para analis mengingatkan, situasi Iran akan diperburuk oleh kurangnya program pemerintah untuk mengatasi krisis ekonomi yang sudah berlangsung lama.

Anggota parlemen dari Delfan, Iran, Yahya Ebrahimi, mengatakan, jika situasi tetap tidak berubah dan pemerintah tidak mengambil inisiatif yang efektif, maka dolar AS dapat terus menguat terhadap rial Iran. Dari yang sebelumnya 650 ribu rial menjadi 1 juta rial.

Ia juga menyesalkan, hilangnya kelas menengah di Iran, dan sebagian besar masyarakat berada di bawah garis kemiskinan. Karena inflasi tahunan berkisaran 50% selama lima tahun berturut-turut, membuat puluhan juta orang kehilangan status kelas menengah.

Ebrahimi pun menyoroti janji Presiden Raisi yang tidak dipenuhi pada awal masa jabatannya pada tahun 2021. Dia berjanji untuk menjaga perekonomian negara dari ketergantungan. Ebrahimi mengkritik Raisi yang gagal menjunjung komitmen tersebut.

Menurutnya, janji Raisi untuk kemajuan ekonomi tidak lagi berpengaruh. Karena adanya kenaikan harga, biaya perumahan, dan nilai tukar, yang sangat mencerminkan kondisi perekonomian Iran. Ebrahimi berpendapat bahwa tingkat inflasi sebenarnya jauh melebihi angka yang dilaporkan pemerintah sebesar 40% hingga 50%

Selain itu, Ebrahimi menegaskan bahwa kesalahan pemerintah Iran dalam mengurus perekonomian telah menimbulkan kerugian yang lebih besar terhadap perekonomian dibandingkan sanksi AS.

Harga Rumah di Iran Makin Mahal

Menurut laporan Khabar Online, biaya perumahan di Iran akan semakin mahal kecuali pemerintah segera mengatasi krisis perumahan. Laporan tersebut mengungkapkan bahwa harga per meter persegi unit rumah di Teheran melonjak menjadi 810 juta rial atau sekitar US$ 1.300 pada Maret 2024, atau mengalami peningkatan 24,8 % dibandingkan Maret 2023.

Ketua Serikat Agen Properti Teheran, Kianush Goudarzi, menjelaskan bahwa lonjakan harga rumah terkait dengan lonjakan nilai tukar. Kenaikan harga secara keseluruhan terjadi di berbagai sektor dan peningkatan biaya perumahan menjadi suatu yang wajar.

Dalam sebuah artikel yang diterbitkan Etemad online, mantan juru bicara pemerintah, Ali Rabei menggarisbawahi prospek suram ekonomi Iran di semua sektor, dan memperingatkan ancaman ketidakstabilan sosial karena meningkatnya pengangguran dan kemiskinan.

“Pengangguran dan kemiskinan menimbulkan ketidakamanan ekonomi, yang pada gilirannya mendorong keresahan sosial,” ujarnya.

Rabei mengatakan, meski lapangan kerja tersedia, kebijakan upah rendah yang diterapkan pemerintah telah menyebabkan banyak pengangguran yang tidak tertarik mencari pekerjaan.

Selain itu, ia menyoroti kesenjangan antara klaim pemerintah atas pertumbuhan ekonomi dan kurangnya perbaikan nyata dalam penghidupan masyarakat, sehingga banyak orang mempertanyakan dampak nyata dari pertumbuhan yang diklaim tersebut.

Menurut politisi sentris Mansour Haqiqatpour, pemerintah tidak mempunyai rencana apa pun untuk menyelamatkan perekonomian negara yang sedang terpuruk. Menurutnya, baik pemerintahan Raisi maupun parlemen, tidak mempunyai gagasan terkait bagaimana mengakhiri krisis ekonomi yang sedang berlangsung.

Reporter: Zahwa Madjid