Nilai tukar rupiah melemah 0,65% ke level 15.923 pada awal perdagangan Jumat (17/5). Pelemahan Rupiah didorong dolar AS yang kembali menguat atau rebound setelah pernyataan hawkish (pengetatan moneter) dari para pejabat bank sentral AS, The Federal Reserve, semalam.
“Mereka pada umumnya mengatakan masih perlu melihat bukti lebih lanjut apabila inflasi turun sebelum memangkas suku bunga,” ujar Analis pasar uang, Lukman Leong, kepada Katadata, Jumat (17/5).
Lukman memperkirakan rupiah bergerak dalam rentang 15.900-16.000.
Pengamat pasar uang, Ariston Tjendra, menilai data klaim tunjangan pengangguran dan data manufaktur AS yang dirilis semalam menunjukkan penurunan yang seharusnya bisa memperbesar peluang pemangkasan suku bunga acuan AS oleh The Fed.
Namun di sisi lain, pasar juga masih mewaspadai kenaikan inflasi di AS karena data harga barang impor AS naik bulan lalu dibandingkan bulan sebelumnya. Data tersebut melebihi perkiraan pasar.
“Penguatan rupiah bisa saja tertahan hari ini mengikuti pergerakan nilai tukar emerging market lainnya yang melemah terhadap dollar AS pagi ini,” ujarnya.
Hari ini Ariston memperkirakan potensi penguatan rupiah ke arah 15.880 dan potensi pelemahan ke arah 15.950.
Melansir Bloomberg, sejumlah mata uang Asia pun menunjukkan pelemahan terhadap dolar AS. Baht thailand melemah 0,18%, ringgit Malaysia 0,05%, yuan Cina 0,07%, peso FIlipina 0,36%, won Korea 0,80%, dolar Singapura 0,13%, dan yen Jepang 0,26%.
Sementara Indeks bursa Amerika Serikat (AS) melemah pada perdagangan hari Kamis (16/5). Dow Jones Industrial Average ditutup melemah usai melonjak hingga tembus ke angka 40.000 untuk pertama kalinya, mencapai puncak harian di 40.051,05.
Dow Jones yang terdiri dari 30 saham, turun 38,62 poin atau 0,1%, menjadi 39.869,38. S&P 500 juga melemah 0,21% ke 5.297,10, sementara Nasdaq Composite tergelincir 0,26%, berakhir di 16.698,32.