Pengamat Pasar Keuangan Ibrahim Assuaibi memproyeksikan nilai tukar rupiah berpotensi menguat signifikan karena ketegangan konflik di Timur Tengah (Timteng) berpeluang mereda.
"Pascaterpilihnya presiden di Iran ketegangan di Timur Tengah kemungkinan akan reda. Ini cukup menarik, stabilnya kondisi Timur Tengah bisa memberikan berkah kepada kondisi rupiah," kata Ibrahim kepada Katadata.co.id, Selasa (9/7).
Dengan peluang tersebut, Ibrahim optimistis rupiah bisa berada di level Rp 15.500 per dolar AS sampai akhir 2024. Penguatan ini terjadi karena kekhawatiran pelaku pasar mulai mereda terhadap kondisi global.
Selain faktor Timur Tengah, peluang penguatan rupiah juga terjadi karena ada potensi penurunan suku bunga global. Dia memperkirakan, jika Bank Sentral AS atau The Fed menurunkan suku bunga dua kali, maka akan diikuti bank sentral lain.
Dia mencontohkan penurunan suku bunga Bank of England, Bank Sentral Eropa, Bank Sentral Swiss Bank of Japan, dan Bank of Australia yang kemungkinan besar akan terjadi pada Desember 2024.
"Jika itu terjadi, saya optimistis kemungkinan penguatan rupiah bisa tembus Rp 15.500 per dolar AS," ucap Ibrahim.
Tak hanya The Fed, Ibrahim juga melihat kemungkinan besar BI juga akan menurunkan suku bunga acuan. Karena BI masih memiliki peluang menurunkan suku bunga sebanyak 50 basis poin.
Berbeda dengan Ibrahim, Bank Indonesia (BI) memproyeksikan nilai tukar rupiah berada di level lebih rendah yaitu di level Rp 15.700 hingga Rp 16.100 per dolar AS sampai akhir tahun.
Tanggapan Sri Mulyani dan BI
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan nilai tukar rupiah akan bergerak pada kisaran Rp 16.000 hingga Rp 16.200 per dolar AS pada semester II 2024. Kurs rupiah tersebut melampaui asumsi makro 2024 sebesar Rp 15.000 per dolar AS.
Sementara itu, Gubernur BI Perry Warjiyo berkomitmen untuk melakukan stabilitas rupiah. BI akan berusaha untuk menguatkan rupiah di bawah Rp 16.000 per dolar AS.
"Kami perkirakan rupiah ke depan stabil dan kami usahakan terus menguat ke level Rp 15.700 hingga Rp 16.100 per dolar AS," ujar Perry.