Sejumlah analis masih memproyeksikan pelemahan nilai tukar rupiah akan terjadi hari ini. Senior Economist KB Valbury Sekuritas, Fikri C Permana, mengatakan rupiah berpotensi terdepresiasi pada rentang Rp 16.160 hingga Rp 16.280 per dolar AS.
"Pelemahan ini karena beberapa faktor. Salah satunya, Kamala Harris yang mulai mengungguli Donald Trump di beberapa polling," kata Fikri kepada Katadata.co.id, Rabu (24/7).
Berdasarkan data Bloomberg pagi ini pukul 09.10 WIB, rupiah terpantau berada pada level Rp 16.223 per dolar AS. Level tersebut menunjukan penguatan 9,50 poin atau sebesar 0,06%.
Selain itu, Fikri menyebut faktor lain yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah hari ini adalah hasil lelang SUN yang mencatatkan peningkatan incoming bids (penawaran masuk) . Selain itu, pergerakan rupiah dipengaruhi meningkatnya kemungkinan perdamaian di Gaza seiring bersatunya faksi-faksi Palestina yang juga didorong Cina. Penurunan harga minyak dunia mencapai 2% juga mempengaruhi pergerakan Rupiah.
Fikri menambahkan, hingga akhir tahun ini rupiah bisa saja berbalik ke level di Bawah Rp 16.000 per dolar AS. Hal tersebut terjadi jika neraca transaksi berjalan Indonesia berbalik positif pada kuartal IV 2024 dan defisit fiskal bisa terjaga di bawah 2,7% hingga akhir 2024.
Faktor lainnya yaitu penurunan Fed Rate hingga 50 basis poin atau melebihi itu. Selain itu juga potensi menurunnya tensi geopolitik global dan Amerika Serikat turun signifikan.
Sementara itu, pengamat pasar uang Ariston Tjendra mengatakan indeks dolar AS pada pagi ini terlihat menguat pada kisaran 104,47. "Ini lebih kuat dibandingkan pagi sebelumnya yang di kisaran 104,20-an," kata Ariston.
Ariston menilai hal itu kemungkinan masih terjadi karena sentimen pemilu Presiden AS yang lebih mengunggulkan Trump yang sangat pro dolar AS. Pada pemerintahannya terdahulu, Trump memproteksi ekonomi AS yang menimbulkan perang dagang dengan negara lainnya.
"Rupiah berpotensi melemah terhadap dolar AS hari ini ke arah Rp 16.250 per dolar AS dengan potensi support di sekitar Rp 16.180 dolar AS. Kemungkinan dolar AS bisa berbalik ke Rp 16.000 pada tahun ini kalau The Fed jadi memangkas suku bunganya," ujar Ariston.
Analis pasar keuangan Lukman Leong juga memproyeksikan rupiah masih dalam tekanan dolar AS yang menguat oleh permintaan safe haven. Khususnya di tengah perkembangan politik di AS.
"Namun perlemahan akan terbatas, investor cenderung wait and see menantikan data-data ekonomi penting AS dua hari kedepan. Dari domestik, investor mengantisipasi data FDI. Kisarannya Rp 16.200 hingga Rp 16.300," jelas Ariston.