6 Pemicu IHSG Anjlok: Tekanan Saham Teknologi hingga Angka Pengangguran AS Naik
Berbagai faktor turut mendorong kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah ke level 6.998 pada perdagangan Senin (5/8). Bahkan pada sore ini, IHSG ditutup merosot 3,40% ke level Rp 7.059.
Senior Investment Information dari Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta menjelaskan penyebab turunnya IHSG karena beberapa faktor. Salah satunya data manufaktur Purchasing Managers' Index (PMI) global, termasuk Indonesia yang menunjukkan hasil di bawah 50.
Hal ini menandakan terjadinya kontraksi, yang menunjukkan potensi perlambatan ekonomi global. Penurunan ini juga berdampak pada kelemahan jumlah pesanan, output, dan penyerapan tenaga kerja, yang menyebabkan sektor manufaktur mengalami kontraksi.
“Kemudian angka pengangguran AS juga naik, jadi terdapat tanda-tanda perlambatan kepentumbuan ekonomi global,” kata Nafan kepada Katadata.co.id, Senin (5/8).
Founder of Indonesia Investment Education, Rita Efendy mengatakan secara umum, koreksi pasar saham Indonesia disebabkan oleh gejolak pasar keuangan global yang dipicu oleh lonjakan pengangguran di Amerika Serikat (AS), ketidakpastian kebijakan moneter The Fed, dan ketegangan geopolitik.
Tak hanya itu, sektor teknologi dan pasar mengalami tekanan besar-besaran akibat aksi jual para invetsor. Hal ini ikut memperparah volatilitas dan ketidakpastian ekonomi. Berikut enam faktor penyebab IHSG terkoreksi pada hari ini:
1. Angka Pengangguran AS Naik
Rita mengatakan bahwa kenaikan mendadak tingkat pengangguran AS menyebabkan kekhawatiran bahwa ekonomi AS akan melambat lebih cepat dari perkiraan. Sehingga, menurut Rita, hal ini mengejutkan pasar dan memicu spekulasi bahwa The Fed mungkin telah salah menilai situasi ekonomi AS.
2. Ketidakpastian Suku Bunga The Fed
Ketidakpastian suku bunga The Fed juga turut mempengaruhi anjloknya IHSG pada hari ini. Ia mengatakan bahwa ada kekhawatiran The Fed harus segera memangkas suku bunga setelah lemahnya laporan ketenagakerjaa AS hingga membuat pasar saham melemah, terutama di sektor teknologi.
Tak hanya itu, bursa saham dunia juga turun signifikan pada akhir pekan ini karena aksi jual besar-besaran saham teknologi. Penjualan besar-besaran ini dipicu oleh kekhawatiran tentang perlambatan ekonomi dan ancaman resesi AS.
Menurut Rita, saham teknologi menjadi pemicu utama penurunan saham global. Penurunan paling parah terjadi pada emiten produsen chip Intel (INTC.O), yang anjlok 26,06% menjadi US$ 21,48 per lembar.
“Posisi tersebut adalah yang terendah sejak 8 April 2013 atau 11 tahun terakhir lebih,” kata Rita dalam keterangan resmi, Senin (5/8).
Penurunan saham chip Intel sebesar 26,06% dalam sehari juga merupakan yang terdalam sejak 1974, ketika saham Intel anjlok 31% dalam sehari. Ia mengatakan, terkoreksinya saham tersebut menjadi yang terbesar lebih dari 50 tahun atau setengah abad.
Pada saat itu, Intel baru saja menggelar penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO). Anjloknya saham Intel menyebabkan nilai kapitalisasi pasar atau market cap perusahaan turun di bawah US$ 100 miliar.
3. Yen Jepang Sentuh Level Tertinggi
Terkoreksinya IHSG hari ini juga disebabkan menguatnya mata uang yen Jepang secara signifikan terhadap dolar AS. Nilai tukar Yen mencapai level tertinggi dalam tujuh bulan karena ada ekspektasi Bank of Japan akan menaikkan suku bunga.
Menurut Rita, hal ini menyebabkan saham-saham di Jepang, terutama yang menyasar ekspor besar ikut tertekan. Bahkan, indeks Nikkei Jepang juga mencatat penurunan harian terburuk sepanjang sejarah
Indeks Nikken pada Senin (5/8) ditutup turun 12,4% ke 31.458,42. Penurunan ini menjadi yang terbesar kedua sejak kejatuhan Black Monday pada Oktober 1987, ketika indeks kehilangan 3.836,48 poin (14,9%), yang sebelumnya merupakan penurunan terburuk.
4. Kekhawatiran Geopolitik Global
Peningkatan ketegangan geopolitik setelah ancaman serangan Iran terhadap Israel juga membuat kekhawatiran global semakin tinggi dan para investor menjadi lebih berhati-hati dalam berinvestasi.
Setelah pembunuhan Pimpinan Biro Politik Hamas, Ismail Haniyeh, ketegangan regional juga semakin memuncak. Peristiwa ini terjadi sehari setelah serangan Israel di Beirut yang menewaskan Komandan Hizbullah, Fuad Shukr.
Atas hal itu, AS tengah mengerahkan kekuatan militer tambahan di Timur Tengah sebagai langkah defensif. Menurut kabar, seorang pejabat Gedung Putih, mengatakan rencana itu untuk meredakan ketegangan di wilayah tersebut.
5. Tekanan Saham Sektor Teknologi
Rita mengatakan, saham sektor teknologi yang sebelumnya melonjak tinggi sekarang mengalami tekanan jual. Hal itu karena investor mulai meragukan harga saham yang terlalu tinggi.
Kemudian data pekerjaan yang lebih buruk dari perkiraan pada hari Jumat memicu kekhawatiran bahwa The Fed mungkin telah menunggu terlalu lama untuk mulai menurunkan suku bunga.
Hal ini menyebabkan Indeks Nasdaq 100 mengalami koreksi teknikal dan Indeks Volatilitas Cboe menuju level 25. “Saham-saham raksasa seperti Microsoft Corp, Amazon. com Inc dan Alphabet Inc telah jatuh dari rekor tertinggi, yang dicapai pada awal Juli,” kata Rita.
Secara keseluruhan, anggota saham Nasdaq 100 telah kehilangan nilai lebih dari US$ 3 triliun selama periode tersebut, bahkan kinerja saham Nvidia Corp dan Tesla Inc masing-masing turun lebih dari 20%.
6. KOSPI Turun 8,8%
Korea Composite Stock Price Index (KOSPI) juga turun 8,8% bahkan terbesar sejak Oktober 2008. Saham teknologi tersebut anjlok di tengah kekhawatiran resesi di AS. Penghenti perdagangan atau circuit breakers diaktifkan untuk pertama kalinya dalam empat tahun.