Indonesia Alami Deflasi 5 Bulan Beruntun, Sentuh 0,12% pada September 2024

Media Center IAF II-HLF MSP/Galih Pradipta/nym
Deputi Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan sambutan saat membuka diskusi panel tematik I ekonomi berkelanjutan HLF MSP 2024 di Nusa Dua, Bali, Selasa (3/9/2024). Diskusi tersebut bertema Unlocking the Blue Economy for Sustainable GrowthCreating Value and Promoting Investment to Improve Productivity.
1/10/2024, 12.21 WIB

Indonesia mengalami deflasi lima bulan beruntun pada Mei hingga September 2024. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat deflasi pada September 2024 mencapai 0,12% secara bulanan (mtm), atau lebih tinggi dari bulan sebelumnya 0,03%.

Pelaksana Tugas Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menyebut deflasi bulan September 2024 lebih dalam daripada bulan sebelumnya.

“Deflasi September 2024 ini terlihat lebih dalam dibandingkan Agustus 2024 dan merupakan deflasi kelima pada 2024 secara bulanan," kata Amalia dalam konferensi pers, Selasa (1/10).

BPS mencatat kelompok pengeluaran penyumbang deflasi bulanan terbesar adalah makanan minuman dan tembakau. Kelompok ini mengalami deflasi sebesar 0,59% dan memberikan andil deflasi 0,17%.

BPS juga mencatat penurunan indeks harga konsumen atau IHK dari 106,06 pada Agustus 2024 menjadi 105,93 pada September 2024. Sedangkan inflasi mencapai 1,84% secara tahunan (yoy), atau lebih rendah dari bulan sebelumnya 2,12% yoy.

Selain bulan September, Indonesia juga mengalami deflasi pada periode Mei hingga Agustus 2024. Pada periode tersebut, masing-masing laju deflasi mencapai 0,03%, 0,18%, 0,08%, dan 0,03%.

Waspadai Deflasi Beruntun

Sebelumnya, ekonom Universitas Paramadina Wijayanto Samirin memproyeksikan potensi deflasi kembali terjadi pada September 2024. Tren deflasi masih cukup besar karena didorong oleh sejumlah faktor.

“Indikasinya, karena belum menggeliatnya aktivitas ekonomi, tabungan masyarakat yang makin tergerus, kredit macet kendaraan yang terus meningkat, dan gelombang PHK yang masih tinggi,” kata Wijayanto kepada Katadata.co.id, Senin (30/9).

Wijayanto menilai terdapat beberapa hal yang perlu diwaspadai terkait deflasi beruntun selama lima bulan terakhir ini. Hal itu berkaitan dengan kebijakan buruk yang dapat memperbesar tsunami deindustrialisasi.

Dia menyebut dampak deflasi beruntun seperti peningkatan pengangguran, daya beli masyarakat tergerus, penurunan penerimaan pajak, serta konsumen dan produsen dihantui rasa pesimis.

“Kita memasuki era deflasi yang panjang dengan kemampuan intervensi pemerintah yang makin terbatas akibat kondisi fiskal yang lemah," ujar Wijayanto.

Menurut Wijayanyo, jika kondisi deflasi terus terjadi, Indonesia bakal memasuki lingkaran setan menuju kemunduran ekonomi. Dan bakal sulit keluar dari lingkaran tersebut.

Reporter: Rahayu Subekti