Laporan Statista Consumer Insights memprediksi, bakal ada penurunan jumlah perokok di sejumlah negara di dunia dalam sekitar satu dekade mendatang. Meski demikian, hal ini tak terjadi di Indonesia
Perusahaan induk Sampoerna, Philip Morris International, telah mengucurkan investasi hingga US$ 9 miliar atau Rp 137 triliun untuk kembangkan rokok elektrik.
Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) sebut rencana pemerintah melarang penjualan rokok eceran akan membuat penyerapan tembakau lemah, dan akan berdampak pada ekonomi daerah penghasil tembakau.
Pengusaha menolak kenaikan cukai rokok karena mereka sedang menanggung beban tinggi biaya produksi akibat kondisi cuaca yang buruk dan tingginya biaya pupuk.
Produk tembakau alternatif seperti rokok elektrik, tembakau yang dipanaskan, dan kantong nikotin memiliki risiko kesehatan hingga 95 % lebih rendah dibandingkan rokok bakar konvensional.
Program kemitran Sampoerna dengan petani tembakau diwujudkan melalui pendampingan, bimbingan teknis, akses permodalan, prasarana produksi pertanian, hingga jaminan pembelian.