The Fed Pangkas Suku Bunga, Bagaimana Dampak ke Rupiah dan BI Rate?

ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/foc.
Ilustrasi. Rupiah pun diperkirakan menguat ke level 15.704 per dolar AS pada 31 Desember 2024.
Penulis: Rahayu Subekti
Editor: Agustiyanti
19/12/2024, 17.43 WIB

Bank Sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve atau The Fed memangkas suku bunga acuan lagi hingga 25 basis points  menjadi 4,25%-4,50% pada bulan ini. Meski begitu, The Fed memberikan sinyal penurunan suku bunga akan sangat terbatas pada tahun depan dibandingkan tahun ini. 

Staf Bidang Ekonomi, Industri, dan Global Markets dari Bank Maybank Indonesia Myrdal Gunarto mengungkapkan, pemangkasan suku bunga The Fed ini bisa memberikan peluang positif bagi nilai tukar rupiah. "Proyeksi kami, rupiah akan menguat pada minggu depan seiring kebutuhan dolar domestik akhir tahun sudah terpenuhi," kata Myrdal kepada Katadata.co.id, Kamis (19/12). 

Ia juga mengharapkan realisasi arus modal asing dari Foreign Direct Investment (FDI) juga bisa berdampak positif kepada pergerakan rupiah. Rupiah pun diperkirakan menguat ke level 15.704 per dolar AS pada 31 Desember 2024. 

Myrdal memperkirakan rupiah berpotensi menguat dalam jangka panjang. "Hal ini seiring tren suku bunga The Fed yang terus menurun dan dampak dari penerapan kebijakan Donald Trump," ujar Myrdal. 

Ia pun memperkirakan,  Bank Indonesia (BI) masih akan menjaga suku bunga acuannya pada level 6% hingga Februari 2025. Sementara untuk intervensi rupiah, Myrdal meminta BI bisa terus mengintervensi di pasar Surat Utang Negara (SUN) terutama untuk tenor menengah. 

BI Perlu Longgarkan Kebijakan Moneter

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan BI akan mengadopsi pendekatan pelonggaran moneter yang terukur. Khususnya kebijakan yang lebih longgar sepanjang 2025 di tengah strategi penurunan suku bunga The Fed secara bertahap. 

"BI kemungkinan akan menurunkan BI-Rate dengan laju yang lebih lambat untuk menstabilkan rupiah dalam menghadapi volatilitas pasar yang meningkat di bawah pemerintahan AS saat ini," kata Josua. 

Josua pun mempertahankan perkiraanya, yakni BI akan menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 bps pada 2025.  BI-rate pun diperkirakan berada di level 5,75% pada akhir 2025. 

Sementara itu, Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Yusuf R Manilet menilai, pemangkasan suku bunga The Fed bisa sedikit meredam potensi larinya aliran modal keluar. Menurutnya, hal itu selama ini terjadi terutama dalam beberapa minggu terakhir. 

Langkah The Fed ini juga sedikit memberikan ruang bagi otoritas moneter atau BI untuk melihat kemungkinan penyesuaian pemangkasan suku bunga. "Saya kira ada beberapa indikator yang kemudian akan diukur termasuk di dalamnya berapa peningkatan inflasi di tahun ini dan juga proyeksi inflasi di tahun depan," kata Yusuf. 

Secara umum, Yusuf menilai pemangkasan suku bunga The Fed bisa memberikan ruang kepada BI untuk melanjutkan bauran kebijakan seperti fiskal. Khususnya untuk mengejar tujuan target pertumbuhan ekonomi pada 2025 mencapai 5,2%. 
 

Reporter: Rahayu Subekti