Strategi UMKM Go Digital Tanpa Terjebak Komisi Tinggi

Katadata
Fandy Silalahi, Vice President of Community and Merchant Success LummoSHOP
Penulis: Fandy Silalahi
23/5/2022, 10.44 WIB

UMKM harus memanfaatkan berbagai solusi teknologi (multichannel). Tidak hanya marketplace, tapi juga saluran pemasaran yang memungkinkan pebisnis menjual langsung ke pelanggan seperti website toko online mandiri, social media, atau software penghubung bisnis dengan pelanggan (Direct to Consumer Software as a Service (D2C SaaS)).

Software penghubung bisnis dengan pelanggan (D2C SaaS) sekarang sedang marak karena dipercaya memberikan alternatif berjualan online bagi UMKM. Solusi ini telah membuka strategi baru dalam pemasaran produk UMKM yang berorientasi pelanggan (customer focused). Melalui solusi teknologi tersebut, UMKM dapat membuat website toko online sendiri, menonjolkan kekuatan brand dan kualitas produknya, serta membangun relasi dan menjual langsung ke pelanggan tanpa adanya perantara pihak ketiga.

Adanya perantara pihak ketiga, seperti marketplace, menimbulkan sisi benefit bagi pebisnis/UMKM, misalnya promo dan diskon menggiurkan untuk konsumen. Hal ini menguntungkan dari segi traffic. Kelemahannya, pebisnis kesulitan menganalisis preferensi konsumen: apakah mereka membeli karena suka dengan produk kita atau hanya karena promo, perbaikan apa yang dapat ditingkatkan, dan sebagainya.

Sementara dengan pendekatan jangkau langsung pelanggan (D2C), selain dapat membaca preferensi pelanggan, pebisnis dapat memetakan market brand dan demografi pelanggan tanpa adanya aturan dari pihak ketiga (marketplace). Dengan pendekatan langsung ke pelanggan yang menjadi keunggulan D2C, pebisnis dapat membangun database pelanggan yang lebih solid. Hal ini memungkinkan pebisnis membangun brand presence yang lebih kuat kepada pelanggan setia.

Salah satu contoh menarik UMKM di Bandung, Jawa Barat, yaitu clothing brand Never Surrender (NVSR Store) yang memanfaatkan multichannel yaitu marketplace dan D2C SaaS LummoSHOP. NVSR Store memanfaatkan LummoSHOP untuk membantu membuat website toko online dan mengelola database pelanggan setia, hal yang tidak bisa mereka dapatkan dari marketplace. Namun, marketplace dimanfaatkan untuk mendapatkan traffic pelanggan baru.

Dengan D2C SaaS, mereka melakukan manajemen operasional usahanya secara efektif dengan fitur manajemen multiplatform untuk mengintegrasikan semua penjualannya di berbagai platform. Sekarang pelanggannya tidak hanya di Bandung, tapi juga luar daerah hingga ke Papua. Omzetnya sebulan mencapai Rp400 juta.

Mendukung pernyataan Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki bahwa konglomerasi di bisnis e-commerce jangan sampai merugikan UMKM, maka yang terpenting pertama, UMKM perlu memiliki pemahaman yang baik bahwa di era digital ini. Tidak hanya sekedar go digital saja, namun keunggulan produk, kekuatan brand, dan kedekatan dengan pelanggan adalah aspek penting yang harus diutamakan untuk mendukung bisnis lebih solid dan sustainable.

Kedua, penguasaan multichannel atau penggunaan platform bervariasi tidak hanya fokus pada 1-2 aplikasi saja yang memegang kendali penjualan. Perlu ada solusi teknologi lain yang mendukung penjualan, mengatur data pelanggan, tren pembelian, dan sebagainya. Untuk memperluas usaha dan mempertahankan pelanggan setia, pebisnis harus memiliki ekosistem usaha yang lebih sehat dan lebih direct.

Ketiga, pemerintah perlu menyusun skema terbaik dengan menjaga iklim kompetisi yang sehat di e-commerce. Pada saat yang sama, menjamin keberlanjutan usaha UMKM sebagai tulang punggung ekonomi bangsa.

Halaman:
Fandy Silalahi
Vice President of Community and Merchant Success

Catatan Redaksi:
Katadata.co.id menerima tulisan opini dari akademisi, pekerja profesional, pengamat, ahli/pakar, tokoh masyarakat, dan pekerja pemerintah. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke opini@katadata.co.id disertai dengan CV ringkas dan foto diri.