Pemanasan Global vs Energi Nuklir: Di Mana Posisi BRIN dan Pemerintah Baru?

Katadata/ Bintan Insani
Penulis: Irvan Dwi Junianto
7/11/2024, 10.18 WIB

Perubahan iklim global semakin terasa dengan bencana yang terus meningkat dalam skala dan frekuensi. Di Brasil, curah hujan ekstrem memicu banjir besar yang menghancurkan infrastruktur dan menewaskan ratusan orang selama bulan Mei 2024. Gelombang panas di India pada Juni 2024 mencapai suhu mendekati 50 derajat celsius, menyebabkan lebih dari 100 kematian dan puluhan ribu orang menderita heat stroke. Sementara itu, pada Juli 2024, kebakaran hutan di Kanada memaksa evakuasi massal dan menyebabkan lonjakan emisi karbon.

Bencana tersebut menggambarkan konsekuensi langsung dari pemanasan global. Krisis iklim ini memicu urgensi untuk mencapai net zero emission, sebuah upaya global mengurangi emisi karbon hingga nol bersih dalam beberapa dekade ke depan. Perubahan mendasar dalam sistem energi dunia, terutama transisi dari bahan bakar fosil ke energi bersih, menjadi prioritas. Nuklir, salah satu energi rendah emisi, mulai mendapat perhatian baru sebagai solusi potensial dalam mengurangi jejak karbon.

Sebagai negara dengan komitmen kuat terhadap target net zero emission pada 2060, Indonesia mencari alternatif energi bersih yang dapat memenuhi kebutuhan energinya. Salah satu opsi yang sedang dipertimbangkan adalah Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). 

Sebuah PLTN mampu menghasilkan energi dalam jumlah besar dengan emisi karbon yang rendah, mendukung upaya global menekan pemanasan global sekaligus mengurangi ketergantungan Indonesia saat ini pada energi fosil. Rencana pengembangan energi nuklir telah diakomodasi dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) yang disahkan melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2023.

Meskipun demikian, kekhawatiran publik terkait keselamatan nuklir dan radiasi masih menjadi tantangan. Sebagai negara yang berada di Ring of Fire, Indonesia menghadapi risiko gempa bumi dan bencana alam lainnya yang berpotensi memengaruhi keselamatan reaktor nuklir yang akan dibangun. 

Untuk meyakinkan masyarakat bahwa teknologi nuklir bisa diterapkan dengan aman, diperlukan pendekatan yang komprehensif, baik dari sisi teknologi, kebijakan, maupun edukasi. Walaupun hingga saat ini Indonesia belum memiliki PLTN yang beroperasi, berbagai persiapan dan riset telah dilakukan untuk memastikan pengembangannya aman dan layak.

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menjadi salah satu institusi yang berperan aktif dalam mempersiapkan masa depan energi nuklir Indonesia. Pergantian pemerintahan baru juga diharapkan mampu membawa angin segar terkait pemanfaatan energi nuklir yang berkelanjutan.

Riset terkait keselamatan nuklir menjadi salah satu prioritas utama sebelum pemerintah benar-benar mengampu PLTN sebagai salah satu sumber energinya. Salah satu kegiatan penting adalah penelitian terkait studi kelayakan lokasi (site feasibility) yang dilakukan oleh Pusat Riset Teknologi Keselamatan, Metrologi dan Mutu Nuklir (PRTKMMN) - BRIN untuk memastikan PLTN dibangun di kawasan yang aman dari risiko gempa atau bencana lainnya.

Lokasi yang dipilih harus memenuhi kriteria keselamatan, mengingat Indonesia berada di wilayah seismik aktif. Dengan studi kelayakan yang tepat, masyarakat dapat merasa lebih tenang dan yakin bahwa risiko bencana telah diperhitungkan dengan matang. 

Selain itu, BRIN melalui PRTKMMN juga meneliti mekanisme pengendalian radiasi agar dampak radiasi terhadap lingkungan tetap berada dalam batas aman dan terkendali. Simulasi penyebaran radiasi akan memastikan bahwa jika terjadi kebocoran atau pelepasan radiasi, penyebarannya dapat dikendalikan dan tidak membahayakan masyarakat sekitar. Penelitian ini sangat krusial untuk membangun kepercayaan publik terhadap keselamatan PLTN.

Secara global isu keselamatan selalu menjadi perhatian utama dalam pengembangan PLTN. Di Indonesia, kekhawatiran ini semakin besar mengingat risiko gempa bumi dan bencana lainnya, terlebih dengan santernya pemberitaan tentang potensi gempa megathrust

Risiko tersebut memicu ketakutan masyarakat akan bahaya yang mungkin ditimbulkan jika reaktor nuklir dibangun. Namun, Indonesia telah menunjukkan bahwa keselamatan adalah prioritas utama melalui studi kelayakan lokasi dan simulasi penyebaran radiasi.

Kekhawatiran publik adalah hal yang wajar, tetapi penting untuk diimbangi dengan pemahaman mengenai perkembangan teknologi dan regulasi terbaru. Memang, sejarah mencatat tragedi seperti Chernobyl dan Fukushima. Namun, teknologi nuklir saat ini telah berkembang pesat dan dilengkapi sistem keamanan berlapis.

Inovasi seperti Small Modular Reactor (SMR) dan reaktor apung membawa solusi baru yang lebih fleksibel dan aman. SMR adalah reaktor berukuran lebih kecil dari reaktor konvensional, dirancang untuk menghasilkan energi dalam skala modular sehingga lebih mudah diintegrasikan di wilayah dengan infrastruktur terbatas. SMR juga dilengkapi fitur keselamatan pasif yang memungkinkan reaktor mendinginkan diri secara otomatis tanpa intervensi manusia dalam situasi darurat.

Sementara itu, reaktor apung adalah reaktor nuklir yang ditempatkan di atas kapal atau platform laut. Selain mudah dipindahkan, teknologi ini mengurangi risiko gempa bumi karena beroperasi di atas permukaan laut dan dapat ditempatkan jauh dari pusat populasi. 

Reaktor apung sudah mulai digunakan di negara-negara seperti Rusia, yang menunjukkan bahwa teknologi ini memiliki potensi besar untuk diterapkan di Indonesia yang merupakan negara kepulauan dengan risiko bencana alam tinggi. BRIN, melalui Organisasi Riset Tenaga Nuklir, juga telah melakukan berbagai riset dan kajian untuk mengeksplorasi potensi dan kesiapan Indonesia dalam mengadopsi teknologi seperti SMR dan reaktor apung.

Dengan kemajuan ini, energi nuklir dapat menjadi solusi tepat bagi Indonesia. Teknologi modern tidak hanya memastikan keselamatan operasional, tetapi juga memberikan jaminan bahwa energi yang dihasilkan dapat dikelola secara berkelanjutan tanpa mengabaikan aspek perlindungan lingkungan dan masyarakat. Selain itu, energi nuklir menawarkan manfaat besar dalam upaya mencapai net zero emission.

Di tengah kebutuhan energi yang terus meningkat, kita perlu mempertimbangkan bahwa PLTN dapat menjadi sumber energi yang andal dan stabil, berbeda dengan energi terbarukan seperti tenaga surya atau angin yang tergantung kondisi cuaca. Energi nuklir juga memungkinkan diversifikasi sumber energi Indonesia, mengurangi ketergantungan pada batu bara dan minyak bumi. Namun demikian, untuk dapat diterima masyarakat, pemerintah perlu meningkatkan komunikasi dan edukasi terkait nuklir.

Pergantian pemerintahan menjadi harapan baru bagi bangsa Indonesia untuk mendapatkan kebijakan baru yang terus mendukung pemanfaatan energi nuklir. Masyarakat harus dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan dan diberikan pemahaman bahwa risiko telah diminimalkan. 

Ini bukan hanya tentang meyakinkan publik, tetapi juga menciptakan kesadaran bahwa nuklir dapat menjadi bagian dari solusi global dalam menghadapi perubahan iklim dan menjadi pekerjaan rumah yang harus difokuskan untuk pemerintah baru ke depan. Melalui BRIN dan kolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan diharapkan untuk mendorong terus melaju percepatan pemanfaatan energi nuklir Indonesia.

Pada akhirnya, perubahan iklim adalah krisis yang menuntut respons cepat dan tepat dari seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia. Dalam mencari solusi untuk menekan emisi karbon, energi nuklir muncul sebagai salah satu opsi yang layak dipertimbangkan. Meskipun Indonesia belum memiliki PLTN, langkah-langkah riset dan persiapan yang dilakukan oleh BRIN menunjukkan bahwa negara ini telah bersiap menghadapi tantangan tersebut dengan serius.

Riset yang berfokus pada keselamatan, seperti studi kelayakan lokasi dan simulasi penyebaran radiasi, menjadi langkah penting dalam memastikan bahwa pembangunan PLTN tidak hanya efektif dari sisi energi, tetapi juga aman bagi masyarakat dan lingkungan. 

Tentu saja, tantangan terbesar masih terletak pada penerimaan publik. Oleh karena itu, pemerintah dan pemangku kepentingan perlu bekerja sama dalam membangun kepercayaan publik melalui komunikasi yang terbuka dan edukasi yang intensif.

Pemerintahan baru diharapkan dapat melakukan percepatan untuk membangun PLTN di Indonesia. Dengan pendekatan yang tepat, Indonesia tidak hanya dapat berkontribusi dalam menekan emisi global, tetapi juga memastikan bahwa keselamatan nuklir dan radiasi tidak menjadi penghalang dalam transisi menuju energi bersih. 

Energi nuklir bukan sekadar opsi namun bisa menjadi solusi, jika dikembangkan dengan bijaksana dan transparan. Indonesia sedang dihadapkan pada momentum guna menyambut masa keemasan pada 2045.

Opini ini merupakan pandangan pribadi dan tidak merepresentasikan organisasi.

Irvan Dwi Junianto
Periset Pusat Riset Teknologi Keselamatan, Metrologi dan Mutu Nuklir Organisasi Riset Tenaga Nuklir, BRIN

Catatan Redaksi:
Katadata.co.id menerima tulisan opini dari akademisi, pekerja profesional, pengamat, ahli/pakar, tokoh masyarakat, dan pekerja pemerintah. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke opini@katadata.co.id disertai dengan CV ringkas dan foto diri.