Stok Menipis, Harga Gula Tak Lagi Manis

123RF.com/ocusfocus
Harga gula di pasar tradisional naik ke Rp 17 ribu per kilogram karena stoknya yang terus menipis.
Penulis: Sorta Tobing
13/3/2020, 06.00 WIB

Pasokan gula kemasan di Pasar Palmerah, Jakarta Barat, mulai terbatas. Setiap satu pedagang hanya mendapat jatah satu karton dalam sepekan. Bahkan dalam tiga minggu terakhir, pengiriman gula kemasan tidak pernah datang.

Rata-rata satu karton gula pasir putih berisi 24 kemasan berukuran 1 kilogram. “Sekarang yang langka gula kemasan,” kata Trimo, pedagang gula di Pasar Palmerah, kepada Katadata.co.id, Rabu (11/3). “Memang lebih murah yang kemasan tapi malah langka, saya juga tidak tahu itu (penyebabnya).”

Kelangkaan ini membuat stok gula pasir yang dijual dalam karung menjadi cepat habis. Trimo menjual lima ton gula curah dalam waktu dua minggu. Harga per karungnya sekitar Rp 750 ribu.

Harga gula pun ikut terkerek. Angkanya di tingkat pedagang besar atau agen mencapai Rp 15 ribu per kilogram. Di konsumen harganya jadi Rp 17 ribu per kilogram. Padahal, pemerintah menetapkan harga eceran tertinggi atau HET untuk produk pangan itu hanya Rp 12,5 ribu per kilogram.

Di tingkat retail harga gula masih sesuai dengan HET sehingga banyak yang membeli. Barang ini menjadi langka terlihat dalam jumlah banyak di rak supermarket ataupun minimarket. “Sekarang laku sekali sehingga pembeli dibatasi maksimal dua kilogram,” ujar Dani, seorang karyawan Indomaret tak jauh dari pasar tersebut.

(Baca: Impor Terhambat Dampak Corona, Pengusaha Indikasikan Harga Pangan Naik)

Ilustrasi operasi pasar untuk menurunkan harga gula. (ANTARA FOTO/Zabur Karuru)

Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia atau Hippindo menyebut kenaikan harga dan kelangkaan gula ini lantaran terhambatnya impor akibat munculnya penyakit Covid-19. Virus corona yang telah menjadi pandemi global ini menyebabkan lalu lintas perdagangan internasional terhambat.

Dewan Penasihat Hippindo Tutum Rahananta mengatakan kelangkaan gula sebenarnya sudah terjadi sejak akhir tahun lalu. Keadaan lalu memburuk karena masyarakat panik dengan wabah virus yang menyerang saluran pernapasan itu.

Masyarakat mulai berbondong-bondong membeli barang secara berlebihan sejak pekan lalu ketika kasus pertama virus corona di Indonesia diumumkan. Di sisi lain, pemerintah tidak tanggap dalam menangani kelangkaan pasokan gula. “Di internal pemerintah ada permasalahan regulasi dan kebijakan sehingga beberapa bahan pangan kosong,” ucap Tutum.

(Baca: Stok Terus Menipis, Harga Gula di Konsumen Capai Rp 17.000 per Kg)

Grafik Databoks di bawah ini menunjukkan kenaikan harga gula sejak 2 Januari 2020. Harganya ketika itu Rp 13.950 per kilogram. Per 12 Maret 2020, melansir dari hargapangan.id, harga gula pasir mencapai Rp 16.500 per kilogram.

Untuk memenuhi peningkatan konsumsi menjelang Ramadan dan Idul Fitri, Kementerian Perdagangan telah menerbitkan izin impor gula kristal mentah atau raw sugar pada akhir Maret 2020. Jumlahnya mencapai 438,8 ribu ton.

Pemerintah berharap langkah itu mampu menurunkan harga gula. “Akhir bulan ini masuk lagi 260 ribu ton,” kata Menteri Perdagangan Agus Suparmanto.

(Baca: Harga Gula Melambung, Kadin Salahkan Tiga Kementerian)

Selanjutnya: Pasokan Tertahan, Harga Gula Terus Naik

Halaman:
Reporter: Tri Kurnia Yunianto, Rizky Alika