Sekutu Baru Gojek Garap Aplikasi Super di Asia Tenggara

Katadata/Gojek/AirAsia
Ilustrasi kerja sama Gojek dan AirAsia.
Penulis: Sorta Tobing
14/7/2021, 10.56 WIB

Pendiri dan Kepala Eksekutif Momentum Works Jianggan Li mengatakan, AirAsia akan menghadapi perjuangan berat. “Jika benar-benar ingin membangun superapp regional, kehadirannya harus berarti di Indonesia. Grab dan Sea Group telah berhasil melakukan hal itu,” ucapnya. 

Sea Group yang berbasis di Singapura memiliki saham di pengembang gim daring (online) Garena dan Shopee. Kapitalisasi pasarnya mencapai US$ 140 miliar dan terdaftar di lantai bursa New York, Amerika Serikat. Sea Group kini menjadi perusahaan teknologi paling bernilai di Asia Tenggara. 

Keunggulan AirAsia adalah layanan pembayarannya, yaitu BigPay. Layanan ini memungkinkan pengguna melakukan transaksi lintas batas, seperti pengiriman uang. “Ini mungkin area fokus berikutnya. Jadi, saya tidak akan terkejut melihat e-wallet (dompet elektronik) lain mulai menawarkan fitur serupa,” ucap analis dari Kapronasia yang berbasis di Singapura, Joshua Chong.

BigPay sekarang tersedia di Singapura dan Malaysia. Namun, posisinya sebagai e-wallet masih jauh tertinggal dibandingkan Boost, GrabPay, dan Touch’n Go. AirAsia sebelumnya menyebut pengguna layanan pembayarannya sudah mencapai 1,2 juta orang. Perusahaan sedang mendaftarkan lisensinya sebagai perbankan digital di bank sentral Malaysia. 

Fernandes dalam jumpa pers pekan lalu menyebut, akuisisi ini juga akan meningkatkan bisnis logistiknya, Teleport. AirAsia dan Gojek membuka kemungkinan kolaborasi di masa depan, termasuk di Indonesia. “Itu akan dibicarakan. (Indonesia adalah) pasar yang masif. Jadi, (mari) tunggu dan lihat. Ayo berjalan sebelum kita berlari,” ucapnya. 

Perusahaan penerbangan itu sedang mempertimbangkan melantai di lantai saham AS melalui special-purpose acquisition company. Target dana yang akan dikumpulkan mencapai US$ 300 juta atau sekitar Rp 4,3 triliun

Untuk aplikasi supernya, target pendapatan untuk tahun ini adalah US$ 250 juta atau Rp 3,6 triliun. Kontribusinya akan mencapai setengah dari penjualan Grup AirAsia pada 2026. 

Potensi Gojek di Pasar Singapura dan Vietnam

Gojek percaya diri dapat memperkuat bisnisnya di luar Indonesia. Apalagi ada tambahan modal US$ 50 juta atau sekitar Rp 723 miliar dari AirAsia usai peralihan bisnisnya di Thailand. “Dana ini bisa untuk memperkuat pasar di Singapura dan Vietnam,” kata Nailul.

Pelancong negara ini ke Negeri Singa relatif besar. Kondisi ini yang bakal perusahaan manfaatkan potensinya. “Harapannya para pelancong lebih memakai layanan Gojek dibandingkan Grab yang sudah lebih dulu besar di Singapura,” ujarnya.

Sedangkan Vietnam memiliki pertumbuhan ekonomi digital sangat tinggi. Masyarakatnya mulai melakukan perubahan konsumsi menjadi serba digital. Kondisi tersebut jgua menjadi peluang besar untuk Gojek.

Namun, Direktur Eksekutif ICT Institute sekaligus pengamat teknologi Heru Sutadi berpendapat Gojek akan susah bersaing dengan Grab di Singapura. “Pengusaan Grab di sana sangat kuat,” katanya kepada Katadata.co.id. Untuk mengalahkannya, Gojek harus lebih agresif bergerak.

Di Vietnam, Gojek menghadapi masalah lain. Kehadirannya ditentang masyarakat setempat karena mempertanyakan GoViet asli Vietnam atau Indonesia.

Masuknya AirAsia menggantikan Gojek di Thailand ibarat tukar guling saja. “Gojek seperti lempar handuk ke AirAsia,” katanya. 

Heru mengatakan, Gojek selama ini terus menghadapi kendala berbisnis di luar negeri. Perusahaan gagal mengembangkan pasarnya, terutama di Thailand. “Timnya tidak siap, tidak menguasai medan di kawasan Asia Tenggara,” ucapnya.

Pada tahun lalu, South China Morning Post menuliskan, Gojek hanya memiliki 7% pangsa pasar pengiriman makanan di Thailand. Posisinya di bawah GrabFood (50%), Foodpanda (23%), dan LineMan (20%).

Di Negeri Gajah Putih, Gojek memiliki 500 ribu pengguna aktif bulanan, 40 ribu pengendara, dan 40 ribu restoran yang bekerja sama. Melansir dokumen yang dilaporkan AirAsia ke bursa Malaysia, bisnis tersebut mencatat pendapatan US$ 7,2 juta (Rp 104,3 miliar) dan kerugian bersih US$ 17,3 juta (Rp 250,5 miliar) pada 2020. 

Penyumbang bahan: Alfida Febrianna (magang)

Halaman:
Reporter: Hari Widowati