Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II Meroket 7%, Seberapa Kuat Pemulihannya?

Leo Lintang/123rf
Ilustrasi. Pertumbuhan ekonomi kuartal II 2021 melesat 7,07% secara tahunan.
Penulis: Agustiyanti
6/8/2021, 20.55 WIB

Chatib menilai, ekonomi Indonesia tidak akan dapat beroperasi 100% selama pandemi masih berlangsung. Jika dalam lima tahun terakhir perekonomian Indonesia tumbuh 5%, maka ekonomi hanya mampu tumbuh maksimal 4% selama pandemi. Proyeksi ini dengan asumsi perekonomian hanya dapat berjalan 80%.

Pemulihan Ekonomi Tertahan PPKM

Pemerintah semula memperkirakan ekonomi pada tahun ini dapat tumbuh 5%. Namun, lonjakan kasus Covid-19 dan penerapan PPKM darurat yang berlanjut menjadi PPKM level 4 membuat Sri Mulyani memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi menjadi 3,7% hingga 4,5%. 

IMF dalam laporan terbarunya akhir bulan lalu bahkan memperkirakan ekonomi Indonesia  bersama India menjadi yang paling menderita di antara negara G20 pada tahun ini akibat lonjakan kasus Covid-19.  "Negara tertinggal dalam vaksinasi seperti India dan Indonesia, akan paling menderita di antara ekonomi G20." tulis dalam laporan IMF bertajuk World Economic Outlook edisi Juli 2021 yang dikutip Rabu, (28/7).

Menurut IMF, tingkat vaksinasi negara-negara ekonomi berkembang, termasuk Indonesia dan India baru mencapai 10%. Angka ini jauh dibandingkan negara ekonomi maju  yang mencapai 40% maupun global sebesar 12%. 

Kantor Ekonomi Bank Mandiri melihat, tren pemulihan ekonomi berkaitan erat dengan tingkat mobilitas masyarakat. Pembatasan aktivitas masyarakat pada kuartal II tahun lalu menyebabkan kontraksi PDB yang cukup besar. PDB kemudian dapat berangsur-angsur pulih setelah pelonggaran pembatasan . 

Namun, lonjakan kasus Covid-19 membuat pemerintah terpaksa memberlakukan kembali pembatasan aktivitas masyarakat. “Hal ini tentu berisiko akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi kuartal III 2021,” demikian tertulis dalam riset Kantor Ekonomi Bank Mandiri.

Kantor Ekonomi Bank Mandiri pun merevisi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2021 dari semula 4,43% menjadi 3,69%. Meskipun demikian, menurut riset tersebut, masih terdapat beberapa faktor positif yang mampu mendorong perekonomian Indonesia. Beberapa di antaranya, yakni proses vaksinasi yang semakin cepat, pemulihan ekonomi global yang lebih cepat, dan tingkat inflasi  rendah yang mampu menjaga daya beli masyarakat.

Kepala Ekonom Bank Central Asia David Sumual memproyeksikan ekonomi Indonesia akan mengarah ke level 3% yoy pada kuartal III 2021, lebih rendah daripada perkiraan semula yang mencapai sekitar 4%. David menilai, konsumsi masih akan tumbuh baik di kuartal III tahun ini meskipun tidak sekencang di kuartal sebelumnya. 

Namun, ia menekankan, penurunan aktivitas belanja masyarakat selama PPKM tidak akan sebesar pada masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pada Maret hingga April tahun lalu. “Kelihatannya terpengaruh oleh perubahan perilaku. Masyarakat sudah terbiasa berbelanja online,” ujar David.

Selain konsumsi, David menilai ekspor masih bisa diandalkan terutama karena kenaikan harga komoditas dan membaiknya perekonomian global.  Menurut David, kenaikan harga komoditas tidak hanya akan meningkatkan ekspor tetapi juga menambah daya beli masyarakat, terutama di wilayah-wilayah yang menggantungkan perekonomiannya pada komoditas.

“Berbeda dengan tahun lalu, ekspor dan harga komoditas turun,” katanya.

Sri Mulyani mengatakan, pemerintah akan menerapkan langkah antisipasif untuk menahan perlambatan ekonomi yang berpotensi terjadi pada dua kuartal mendatang. Langkah yang diambil dan sudah dilakukan, meliputi peningkatan anggaran untuk klaster kesehatan, perlindungan sosial, dan bantuan usaha dalam program PEN.

Bendahara negara juga mengatakan kebutuhan anggaran untuk memperkuat  prorgam tersebut dilakukan melalui realokasi dan refocusing anggaran. "Kami melakukan refocusing empat kali anggaran dan mengalokasikannya untuk anggaran paling prioritas yaitu kesehatan, perlindungan sosial dan bantuan usaha. Kami meminta kementerian dan lembaga (K/L) untuk menahan belanja yang memang tidak prioritas." ujarnya. 

Langkah-langkah tersebut diharapkan akan mendorong berlanjutnya tren pemulihan ekonomi pada kuartal II. Sri Mulyani memperkirakan ekonomi pada kuartal III masih berpotensi tumbuh 4% hingga 5,7%, sedangkan kuartal IV berpotensi tumbuh 4,6% hingga 5,9%. Namun, proyeksi tersebut bergantung pada penanganan pandemi.

Halaman: