Transisi sistem elektronik TikTok Shop yang seluruhnya dikelola oleh Tokopedia pasca kolaborasi TikTok-Tokopedia sejak 12 Desember tahun lalu resmi rampung per 27 Maret 2024. Dengan begitu, kolaborasi ini menghadirkan platform “Shop I Tokopedia” di aplikasi TikTok.
Sejumlah seller brand lokal TikTok pun menyambut baik kembalinya ‘keranjang kuning’ di Shop Tokopedia, kendati opsi ‘keranjang kuning’ ini bisa dinonaktifkan tergantung preferensi konsumen nantinya.
Menurut M Thobroni Ali, CEO PT Solomon Indo Global, produsen dari brand Bromen, salah satu top seller Shop Tokopedia, salah satu dampak positif hadirnya kembali platform ini ialah penjualan perusahaan bisa meningkat kembali.
Apalagi, sebelumnya di April-Mei 2022, ketika masih memanfaatkan TikTok Shop, penjualan Bromen sempat tumbuh hingga 10 kali lipat atau 1.000 persen.
Ketika TikTok Shop menutup operasi demi patuh terhadap aturan Kementerian Perdagangan (Kemendag) dampaknya cukup besar kendati perusahaan tidak melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK). Namun dampaknya terasa terhadap penurunan penjualan karena TikTok Shop menyumbang 55-60% terhadap sumber pendapatan online.
Setelah TikTok Shop hadir kembali via Shop Tokopedia, hasil kerja sama dengan Tokopedia, perusahaan menyusun strategi bisnis dengan penambahan SDM.
“Kami lakukan penambahan, kalau dulu sebelum TikTok Shop tutup itu kami ada sekitar 70-an karyawan tetap. Jadi kami memang menampung generasi muda itu untuk berkarya dan kami melakukan banyak hal sekarang di Broman, itu dampaknya luar biasa,” kata Roni, dalam keterangan resmi, Senin (15/4).
“Kalau sekarang karyawan kami di angka 90-an di luar freelance sama magang, kalau ditambah freelance dan magang itu sekitar 130-an karyawan,” tambahnya.
Lebih lanjut Roni mengatakan bergabungnya brand Bromen di TIkTok Shop juga membuka potensi pasar yang bisa digarap di Asia Tenggara, salah satunya pasar Malaysia.
Hanya saja, katanya, pemerintah semestinya bisa memberikan kepastian arah kebijakan yang jelas sehingga pelaku usaha bisa mengambil keputusan investasi yang tepat, termasuk ekspansi atau menambah SDM.
Roni juga menjelaskan bahwa sebulan lebih setelah TikTok Shop dibuka, pada Januari 2024, pendapatan perusahaan melesat. “Alhamdulillah 1,5 bulan setelah TikTok Shop-Tokopedia dibuka, kami mengalami peningkatan sangat-sangat signifikan, sebulan setelah itu, Januari 2024, pendapatan naik 150 kali lipat dari waktu join awal-awal di TikTok Shop,” cerita Roni.
Menurut Roni, hal itu lantaran kolaborasi dengan Tokopedia semakin meningkatkan posisi brand lokal yang lebih diperhatikan. “Jadi masyarakat lebih mengenal brand lokal, kami juga ikut Kampanye Beli Lokal 12.12. Justru lebih powerful dengan kerja sama Tokopedia, karena action-nya-brand lokal sangat diprioritaskan untuk UMKM," ujarnya.
Di sisi lain, pendapatan yang sama diutarakan Co-founder dan CEO Gently Indonesia, brand skincare untuk bayi, Nyoman Anjani. Dia mengatakan kanal TikTok Shop mampu menyumbang 50 persen pendapatan perusahaan dari penjualan online dibandingkan dengan platform lain.
Ketika TikTok Shop kolaborasi dengan Tokopedia, penjualan perusahaan kembali ke titik normal ke angka pendapatan sebelum TikTok Shop ditutup.
“Jadi semua video yang dahulu ada keranjang kuningnya naik lagi, jadi ada keranjang kuning lagi, orang bisa langsung check out. That’s why penghasilannya langsung balik kayak normal kayak sebelum tutup ya itu sih yang amazing,” kata Nyoman.
Saat TikTok Shop ditutup Gently, kata Nyoman, sempat terdampak dengan melakukan penundaan penerimaan karyawan baru dan terpaksa memutus kontrak beberapa karyawan yang kontraknya mau habis.
“Hanya saja, waktu itu karyawan kami masih sedikit ya, mungkin 40-an orang, jadi kami enggak sampai di level PHK orang, hanya tidak memperpanjang kontrak dan freeze hiring,” kata Nyoman. Gently saat ini didukung lebih dari 1.000 outlet di seluruh Indonesia.
Saat ini, Gently menggandeng lebih dari 14.000 afiliator dan jumlahnya berpotensi bertambah. “Target bisa tiap bulan ada ratusan affiliate, jadi kami tambah, rekrut terus affiliate,” katanya.
Dari sisi komisi, lazimnya antara 10-20 persen dari nilai transaksi kotor (GWM) yang mampu dihasilkan. “Kalau lagi ada video viral dengan GMV ratusan juta rupiah, maka anggap saja dari ratusan juta GMV itu dia [afiliator] dapet komisi 10 persen sudah per bulan, dia dapet Rp 10 juta,” katanya.
“Thats why TikTok sangat membantu para ibu rumah tangga, yang mereka sebenarnya mengurus anak, tapi rajin bikin konten, bisa banget bantu rumah tangga di Indonesia karena mereka bisa dapat komisi, bisa bayangin Rp 10 juta per bulan itu lumayan banget.”
Sebagai catatan, TikTok Shop sebelumnya dimanfaatkan oleh hampir 6 juta bisnis lokal, dan hampir 7 juta kreator affiliate, sementara selama lebih dari 14 tahun, Tokopedia adalah ‘rumah’ bagi lebih dari 14 juta penjual, mayoritas adalah UMKM lokal.