LinkAja, aplikasi dompet digital yang dibesut sejumlah perusahaan negara (BUMN), telah dirilis pada akhir Juni lalu. LinkAja menambah pilihan dompet digital bagi masyarakat, selain OVO dan Go-Pay. Hal ini juga menjadi metode untuk membudayakan cashless, meminimalisasi penggunaan uang tunai oleh masyarakat dengan memanfaatkan uang elektronik.

“Dengan menggunakan uang elektronik sebagai instrumen pembayaran, akan meningkatkan inklusi keuangan,” kata CEO LinkAja, Danu Wicaksana.

(Baca: Beda LinkAja dengan OVO dan Go-Pay)

Persaingan antar-dompet digital akan semakin bertambah. Menurut data “Fintech Report 2018” yang dirilis DailySocial bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Go-Pay dan OVO menjadi aplikasi dengan jumlah pengguna terbanyak. Go-Pay, melalui Go-jek mengantongi 79,4 persen suara responden. Hasil tersebut diikuti dengan OVO sebanyak 58,4 persen.

(Baca: LinkAja, Koalisi 7 BUMN Saingi Go-Pay dan OVO)

Masing-masing aplikasi, baik LinkAja, OVO, dan Go-Pay memiliki keunggulannya masing-masing. Mulai dari tempat mengisi saldo (top up), berbagai metode tarik tunai, cara pembayaran, dan layanan pembayarannya.