Pandemi Covid-19 memperkuat sinyal merger dua perusahaan super-apps di Asia Tenggara, Gojek dan Grab. Apalagi keduanya membutuhkan dana besar untuk dapat memenangkan persaingan di bisnis transportasi daring tersebut.
Meski bersaing, tapi ada indikator kedekatan yang mendukung rencana merger yang sudah dibicarakan sejak beberapa waktu lalu. Indikator pertama adalah faktor Pandu Sjahrir, komisaris Gojek sekaligus presiden komisarik SEA Group. Dia disebut-sebut berperan penting dalam mempertemukan CEO Softbank Masayoshi Son dengan Presiden Joko Widodo.
Softbank adalah salah satu investor utama Grab. Kedekatan lainnya tampak saat Mitsubishi UFJ Financial Group ternyata turut menjadi investor Gojek dan Grab.
Kendati berpotensi merger untuk menaklukkan pasar Asia Tenggara, tetapi ada kendala yang perlu dihadapi. Hal ini seiring rencana Alibaba yang ingin menyuntik modal untuk Grab. Di sisi lain, pesaing Alibaba, Tencent merupakan investor Gojek.
Di samping itu, jika terjadi merger ada potensi pemangkasan karyawan akan terjadi, serta terganjal aturan pelarangan monopoli dan persaingan tak sehat. “Apabila dua pelaku usaha menguasai pangsa pasar yang dominan, tentunya berpotensi ditolak oleh Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU),” ujar Komisioner KPPU Guntur Syahputra, pada 11 Maret lalu ketika isu merger kedua raksasa startup ini juga sempat mencuat.