Pemerintah memonitor ketegangan geopolitik antara Cina dan Taiwan. Dikhawatirkan eskalasi ketegangan yang meningkat dapat berdampak terhadap perekonomian di tanah air. Ini mengingat kedua negara merupakan mitra dagang dan investasi utama Indonesia.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Setianto mengatakan, Cina adalah mitra dagang utama dengan kontribusi nilai perdagangan mencapai 20%.
Pada Januari-Juli 2022 saja, nilai ekspor Indonesia ke Cina mencapai US$ 34,13 miliar dan impor mencapai US$ 38,27 miliar.
“Sementara ekspor Indonesia ke Taiwan menunjukkan tren peningkatan. Pada Januari-Juli 2022, ekspor Indonesia ke Taiwan mencapai US$ 0,99 miliar dan impor US$ 2,72 miliar,” kata Setianto dalam konferensi pers ekspor-impor BPS, Senin, 15 Agustus 2022.
Menteri Keuangan Sri Mulyani sebelumnya juga menyatakan kewaspadaannya terhadap dampak dari konflik ini. Dia berpendapat ketegangan dapat memicu memburuknya hubungan dagang dunia yang selama ini cenderung baik.
Ketegangan hubungan Cina dan Taiwan ini, katanya, akan mendorong banyak negara semakin meningkatkan ketahanan ekonominya masing-masing.
“Artinya proteksionisme kemungkinan akan semakin besar, blok akan menjadi semakin menguat,” katanya pada Kamis, 11 Agustus 2022.
Cina dan Taiwan tidak hanya sebagai mitra dagang besar Indonesia tetapi juga dua investor besar Indonesia. Pada 2021, investasi Cina mencapai US$ 3,2 miliar dan menjadi negara penanam modal asing (PMA) terbesar ketiga di Indonesia. Sementara, Taiwan menjadi terbesar ke-10 dengan investasi US$316,9 juta.
Hal ini pun membuat Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia turut mewaspadai konflik ini. Kementerian Investasi pun tengah mendalami upaya agar dampak konflik tersebut tidak terlalu dalam terhadap investasi.