Kinerja sektor industri manufaktur Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Hal ini terlihat dari indeks pembelian manufaktur Indonesia alias Purchasing Manager’s Index (PMI) yang dirilis lembaga pemeringkat S&P Global tercatat mengalami penurunan dalam lima bulan beruntun. 

Pada Agustus PMI Manufaktur Indonesia sebesar 48,9 atau turun dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 49,3 poin. Indeks di bawah 50 ini sekaligus menunjukkan sektor manufaktur ini tengah berada dalam situasi kontraksi. 

Paul Smith, Economics Director S&P Global Market Intelligence, mengatakan penurunan indeks lantaran adanya pelemahan permintaan. “Tidak mengejutkan jika perusahaan menanggapinya dengan mengurangi karyawan. Meski banyak yang percaya ini berlangsung sementara,” kata dia dalam laporan PMI Manufaktur S&P edisi Agustus 2024.

Febrio Kacaribu, Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, mengatakan penyebab turunnya PMI manufaktur Indonesia seiring menurunnya kinerja sektor manufaktur global di tengah tekanan permintaan. Kondisi ini disebabkan pelemahan pertumbuhan ekonomi di Cina, kawasan Eropa, dan Amerika Serikat. 

Febrio mengakui kondisi tersebut harus semakin diantisipasi ke depannya. Kendati begitu, dia yakin optimisme sektor industri masih terjaga dengan kinerja sejumlah sektor industri utama di tanah air. Industri makanan dan minuman serta kimia farmasi konsisten tumbuh di atas 5% secara tahunan hingga kuartal II.

“Bahkan, industri logam dasar tumbuh hingga 18,1% seiring proses hilirisasi yang semakin menunjukkan hasil,” kata Febrio dalam pernyataan tertulis pada 3 September lalu.

Reporter: Antoineta Amosella