Hilirisasi merupakan salah satu strategi Indonesia untuk mengupayakan peningkatan nilai tambah sumber daya alam (SDA). Seiring dengan potensi ekonomi yang besar, terdapat risiko lingkungan yang wajib diantisipasi.
Ada beragam tantangan di dalam implementasi, salah satunya terkait dampak terhadap lingkungan. Pemerintah berkomitmen untuk bertanggung jawab terhadap tantangan-tantangan yang ada, ini bukti bahwa Indonesia tak cuma mengejar industrialisasi tetapi juga memastikan proses hilirisasi berkelanjutan.
Peluang menuju hilirisasi berkelanjutan diyakini tetap terbuka. Terlebih, sejumlah perusahaan sudah mulai mengintegrasikan energi baru dan terbarukan (EBT) ke dalam operasional smelter nikel, misalnya penggunaan PLTS berkapasitas besar hingga sistem penyimpanan energi.
Upaya substitusi listrik berbasis fosil dengan EBT itu dapat memangkas emisi secara signifikan.
Selain energi, pengelolaan limbah dan reklamasi lahan juga berperan penting. Selain itu, praktik pemanfaatan kembali slag, penerapan teknologi daur ulang air, serta reklamasi dengan tanaman endemik juga merupakan langkah konkrit yang bisa meminimalisir dampak hilirisasi terhadap lingkungan.
Dan yang pasti, transformasi menuju hilirisasi berkelanjutan tak cukup hanya bergantung kepada inisiatif perusahaan. Regulasi yang tegas, pengawasan terpadu, dan transparansi laporan lingkungan wajib dijalankan secara konsisten.
Dengan kombinasi investasi teknologi bersih, pengelolaan limbah yang ketat, dan dukungan regulasi yang jelas, hilirisasi Indonesia berpotensi tumbuh tanpa mengorbankan alam. Inilah fondasi agar industrialisasi benar-benar sejalan dengan komitmen pembangunan berkelanjutan.