Surakarta atau Solo merupakan kota besar di Jawa Tengah. Ada beragam makanan tradisional yang bisa dicoba ketika wisata ke tempat ini. Apalagi, kota ini memiliki sejarah beragam yang turut memengaruhi makanan khasnya.
Salah satu makanan khas daerah Solo adalah Selat Solo. Makanan ini mendapat pengaruh dari hidangan Eropa. Kata Selat sebenarnya mengacu pada salad sayur dan daging sapi. Masakan ini terdiri dari daging sapi, kentang, tomat, kacang panjang, wortel, selada, dan kuah manis.
Makanan Khas Solo
Selain Selat Solo ada banyak makanan populer lainnya dari Solo, seperti nasi timlo, sate buntel, sate kere, dan serabi solo. Ada juga makanan asli daerah Solo yang mulai langka. Makanan langka ini dahulu sempat populer, tetapi semakin sulit ditemukan sekarang.
Mengutip buku Kuliner Tradisional Solo yang Mulai Langka yang ditulis Dawud Achroni, berikut 10 kuliner tradisional Solo yang mulai langka:
1. Cabuk Rambak
Makanan ini terdiri dari dua kata, yaitu cabuk dan rambak. Kata cabuk berhubungan dengan saus yang bahan utamanya dari wijen putih, ditambah kelapa parut sangrai, dan aneka bumbu. Sedangkan rambak adalah kerupuk yang terbuat dari kulit sapi atau kerbau.
Cabuk Rambak merupakan makanan yang terdiri dari potongan ketupat yang diiris tipis-tipis, disiram saus wijen, dan dilengkapi kerupuk rambak atau karak. Karak adalah kerupuk berbahan dasar nasi yang dikeringkan.
Dahulu hidangan ini disajikan bersama rambak. Tetapi harga kerupuk rambak semakin mahal, sehingga diganti karak. Cabuk Rambak disajikan pada daun pisang yang dilipat dan dimakan memakai tangan atau sendok.
2. Es Kapal
Nama es kapal diambil dari bentuk gerobak penjual. Gerobak tersebut memiliki bentuk lancip di sisi-sisinya, sehingga bentuknya mirip kapal. Dahulu, penjual es kapal membuat gerobak ini untuk menarik perhatian pembeli. Alhasil masyarakat mengenal es ini sebagai es kapal.
Bahan es kapal terbuat dari campuran es parut, santan, dan sirup coklat. Sirup coklat sendiri berasal dari gula jawa. Bahan-bahan tersebut kemudian dicampur dalam dandang berukuran besar.
Es kapal disajikan bersama dengan sepotong roti tawar. Roti tawar ini bisa dicelupkan ke dalam es. Pada 1950 hingga 1970 bisa disebut sebagai masa kejayaan Es kapal, karena menjadi minuman populer saat itu. Es kapal cocok dinikmati ketika siang hari dan cuaca panas.
3. Putu Bumbung
Selain di Solo, Putu Bumbung juga dijual di daerah lain. Penjual makanan ini memiliki suara unik seperti peluit kereta api yang melengking. Bunyi tersebut berasal dari uap yang keluar dari celah kecil kukusan putu.
Kue putu berbahan dasar tepung beras dengan isian potongan gula merah. Dahulu cara memasak putu bumbung sangat sederhana. Alat masak berupa bumbung dari bambu, kompor, dan kaleng bekas kemasan minyak goreng.
Proses pembuatan kue putu juga unik. Penjual membuat adonan tepung beras yang dimasukkan pada cetakan kecil bumbung. Bagian tengah diisi gula merah, kemudian tepung dipadatkan. Bumbung kemudian dipanaskan di atas kaleng bekas kemasan minyak goreng yang diberi lubang.
Di bawahnya, terdapat kompor untuk memasak air. Sehingga, uap panas dari air mendidih membuat tepung beras dalam bumbung matang. Proses pengukusan ini membuat gula dalam tepung juga mencair.
Setelah matang, kue diangkat kemudian didorong memakai kayu tipis. Dimasak di dalam tabung bumbung berukuran sekitar 3 cm membuat cemilan ini mudah dikonsumsi. Setelah matang, kue putu umumnya disajikan di atas daun pisang. Selanjutnya, bagian atas kue ditaburi kelapa parut.
4. Pecel Ndeso
Pecel termasuk makanan populer di Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur. Di Solo, ada pecel ndeso yang disajikan bersama nasi merah. Adapun campuran sayuran pada menu ini terdiri dari daun kenikir, kembang turi, jantung pisang, daun pepaya, daun singkong, daun kemangi, mentimun, dan kecambah.
Sedangkan sambal pecel yang digunakan adalah sambal berbahan dasar wijen hitam. Wadah pecel ndeso yaitu daun pisang yang dilipat. Pecel khas Solo ini dihidangkan dengan lauk seperti sambal kelapa, botok, bongko, kerupuk karak, dan peyek kacang atau teri.
Bongko adalah makanan yang dibuat dari kacang tolo, kacang merah, dan kepala parut muda, disertai bumbu. Bongko dibungkus memakai daun pisang dan dimasak dengan cara dikukus.
Dahulu, penjual pecel ini berkeliling kampung dan membawa bakul untuk berjualan. Bakul dibuat dari anyaman bambu. Masyarakat kemudian menyebut pecel ndeso dari penjual keliling pecel.
5. Tahok
Tahok merupakan makanan khas Tionghoa di Kota Solo. Seiring berjalan waktu, tahok menjadi makanan tradisional khas Solo. Sekilas tahok mirip bubur sumsum, berwarna putih dan memiliki tekstur lembek. Namun, tahok terbuat dari kedelai yang dihaluskan dan bentuknya mirip tahu.
Hidangan ini disajikan bersama kuah jahe hangat, namun rasa kuah tidak pedas seperti wedang jahe. Kuah jahe terbuat dari gula merah, jahe bakar, daun pandan, sereh dan dimasak dengan air.
Proses pembuatan tahok membutuhkan waktu sekitar 4 jam. Proses memasaknya pun dimulai dengan merendam kedelai dalam air selama satu malam. Kemudian, kedelai dipisahkan dari kulit dan digiling sampai halus.
Proses penggilingan kedelai menghasilkan bubur berwarna putih. Bubur kedelai ini kemudian disaring dan tampilannya menyerupai susu. Sari kedelai kemudian direbus sampai matang, setelah didinginkan, tahok akan menggumpal dan bisa dikonsumsi bersama kuah jahe.
6. Jenang Saren
Bahan utama jenang saren adalah tepung ketan dan gula jawa. Bahan lainnya yaitu batang padi atau merang yang menjadi pembeda dengan jenang lain. Nama makanan ini diambil dari warna jenang yang hitam legam seperti saren. Warna hitam pada jenang terbentuk dari merah yang dibakar.
Proses pembuatan jenang saren memakai bahan alami, sehingga baik untuk kesehatan. Jenang juga dapat menghangatkan badan, karena dibuat dari campuran jahe dan cengkih di dalamnya.
7. Jadah Blondo
Jadah terbuat dari ketan yang menjadi masakan populer di Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur. Dahulu, jadah menjadi makanan penting ketika acara pernikahan, karena menjadi lambang kedua calon pengantin untuk hidup rukun.
Di Solo jadah disajikan bersama blondo di bagian atasnya. Blondo merupakan ampas santan dari minyak kelapa. Hidangan ini biasanya menjadi camilan atau pendamping nasi tiwul.
8. Brambang Asem
Bahan utama masakan ini adalah ubi jalar rebus yang disiram kuah. Daun ubi jalar muda juga dipakai untuk bagian pucuk. Brambang asem biasanya disajikan dengan tempe gembus, yang dibuat dari ampas tahu dan dibacem. Rasanya cenderung gurih dan sedikit manis.
Brambang asem sekilas mirip sambal lotis, tetapi bawang merah dibakar terlebih dahulu. Sebelum dibakar, bawang merah dilumuri gula dan asam, sehingga kuah brambang asem lebih encer dibandingkan sambal lotis. Bawang merah yang dibakar mampu memberi cita rasa berbeda dan baunya tidak sekuat bawang merah mentah.
9. Opak Angin
Kerupuk opak angin dikenal masyarakat Solo sejak 1960-an. Opak adalah sejenis kerupuk khas Solo yang berbentuk persegi panjang. Cara membuat opak yaitu adalah dengan membakar adonan tepung ketan di atas arang di dalam anglo. Proses pembuatan opak tidak memerlukan minyak sama sekali.
Keunikan lain dari proses pembuatan opak adalah dalam menyiapkan bahan. Tepung ketan tidak boleh digiling memakai mesin, namun harus ditumbuk sampai halus di dalam lesung. Tepung ketan juga ditambahkan gula jawa sedikit supaya bisa mengembang ketika dibakar.
10. Pecel Gendar
Pecel gendar dikenal di Salatiga, Boyolali, Sragen, Wonogiri, dan Solo. Disebut pecel gendar karena menu ini memiliki irisan tipis gendar (terbuat dari nasi). Pecel ini terdiri dari sayuran rebus yang disiram memakai sambal kacang, gendar, dan mie goreng.
Sayuran rebus tersebut yaitu selada air (jembak) kecambah, kenikir, kecipir, bunga turi, kol, dan bayam. Selain sayur, ada juga gendar yang terbuat dari nasi. Tekstur gendar ini mirip dengan lontong, ada juga kerupuk gendar (karak) sebagai tambahan makanan.