Pergantian Tahun Baru 2023 akan segera tiba. Pergantian tahun biasanya dirayakan dengan penuh suka cita oleh masyarakat seluruh dunia. Namun, tahukah anda bagaimana sejarah perayaan tahun baru?
Menurut Faisal Ismail dalam buku Sejarah dan Kebudayaan Islam Periode Klasik (2017), sejarah perayaan tahun baru pertama kali tercatat sejak sekitar 4.000 tahun lalu atau sejak 2.000 tahun sebelum masehi (SM). Tujuan perayaan tahun baru ini dalam rangka menghormati kedatangan tahun baru yang dilakukan oleh bangsa Babilonia (1696-1654 SM).
Perayaan tahun baru oleh bangsa Babel ini dilakukan dengan mengikuti penanggalan pada bulan pertama vernal equinox (perpotongan lingkaran ekuator dan ekliptikal). Pada saat itu, tahun baru dirayakan pada pertengahan bulan Maret, karena pada masa itu adalah pergantian musim.
Perayaan tahun baru oleh bangsa Babilonia kala itu diselenggarakan dengan berbagai macam ritual. Mereka menggelar perayaan tersebut dengan festival keagamaan besar-besaran yang disebut Akitu yang melibatkan berbagai ritual berbeda selama 11 hari.
Bagi bangsa Babilonia perayaan tahun baru dianggap sebagai kemenangan Dewa Langit Marduk melawan Dewi Laut yang jahat, Tiamat. Selama perayaan tersebut Raja Babilonia menerima mahkota baru sebagai simbol pembaharuan mandat dari sang ilahi.
Sejarah Perayaan Tahun Baru 1 Januari Masyarakat Romawi
Sejarah perayaan tahun baru ditetapkan pada 1 Januari tak lepas kaitannya dengan pengembangan penanggalan bangsa Romawi kuno. Tak luput pula peran dari sosok Julius Caesar.
Kala itu, pendiri Roma bernama Romulus masih menerapkan penanggalan Masehi terdiri dari 10 bulan dan 304 hari. Lalu pada abad ke-8 SM, Numa Pompilius menambahkan dua bulan dalam penanggalan kalender Romawi, yakni Januarius dan Februarius.
Selanjutnya Julius Caesar berkonsultasi dengan ahli astronomi dan matematika untuk menyempurnakan penanggalan Masehi tersebut. Ia menamai bulan pertama kalender Romawi dengan nama Janus, yang berasal dari nama dewa Romawi yang memiliki dua muka untuk memandang ke depan dan belakang.
Sejarah penetapan 1 Januari sebagai hari pertama tahun baru itu dilakukan sebagai penghormatan kepada dewa Janus, dewa permulaan Romawi. Kala itu, bangsa Romawi memperingati tahun baru dengan berbagai pengorbanan kepada Janus, bertukar hadiah, mendekorasi rumah, dan mengunjungi beberapa pesta.
Pada masa abad pertengahan, Kekuasaan Kekristenan di Eropa memberi makna religius di sekitar pergantian tahun seperti tanggal 25 Desember sebagai Hari Natal dan antara 22 dan 25 Maret sebagai perayaan Paskah.
Penetapan 1 Januari sebagai tahun baru pertama kali dilakukan oleh Paus Gregorius XIII pada tahun 1582. Hingga kini pada tanggal 1 Januari dirayakan sebagai awal tahun baru oleh sebagian besar masyarakat dunia.
Sejarah Perayaan Tahun Baru di Seluruh Dunia
Perayaan tahun baru masehi dari masa ke masa di banyak negara dimulai pada malam hari tanggal 31 Desember (malam tahun baru) dan berlanjut hingga dini hari tanggal 1 Januari. Perayaan tahun baru masa kini biasa dimeriahkan dengan berbagai pesta hingga pertunjukan kembang api.
Perayaan tahun baru menjadi salah satu tradisi di negara Barat. Masing-masing negara bahkan memiliki keunikan tersendiri dalam merayakan pergantian tahun. Seperti di Spanyoldan beberapa negara berbahasa Spanyol lainnya, masyarakat merayakan tahun baru dengan memakan selusin buah anggur.
Buah anggur tersebut melambangkan harapan mereka untuk 1 tahun yang akan datang. Lalu negara Kuba, Austria, Hongaria dan Portugal, masyarakat merayakan tahun baru dengan menyantap babi. Mereka menganggap babi mewakili kemajuan dan kemakmuran.
Sedangkan di negara Swedia dan Norwegia, masyarakat Swedia dan Norwegia merayakan tahun baru dengan menyajikan puding nasi dengan kacang almond yang tersembunyi di dalamnya. Dikatakan bahwa siapa pun yang menemukan kacang almond tersebut akan mendapatkan keberuntungan selama 1 tahun ke depan.
Sejarah Perayaan Tahun Baru dalam Kalender Masehi
Perayaan tahun baru Masehi Saat Kalender Julian pertama kali diterapkan, memang belum memasuki tahun Masehi. Tahun Masehi baru dihitung sejak kelahiran Isa Al-Masih dari Nazaret, yang mulai diadopsi di Eropa Barat pada sekitar abad ke-8.
Dalam perkembangannya, Kalender Julian dimodifikasi sedemikian rupa menjadi Kalender Gregorian. Kalender Gregorian yang dicetuskan oleh Dr. Aloysius Lilius disetujui oleh pemimpin tertinggi umat Katolik di Vatikan, Paus Gregory XIII pada 1582.
Sistem Kalender Gregorius inilah yang kemudian ditetapkan negara-negara di seluruh dunia. Sejak saat itu, setiap tanggal 31 Desember malam dilakukan perayaan pergantian tahun yang semakin meriah di seluruh belahan dunia.