Ragam Khas Batik di Ibu Kota dan Pulau Dewata

Katadata
Lily Mariasari W. berpose di Galeri ELEMWE di Jakarta. Usaha batik Betawi miliknya memiliki berbagai motif yang merespresentasikan ikon Ibu Kota.
Penulis: Shabrina Paramacitra - Tim Publikasi Katadata
7/3/2023, 15.20 WIB

Indonesia kaya akan ragam wastra. Batik, misalnya. Tiap-tiap kota memiliki ciri khas batik yang unik.

Sebutlah Jakarta. Dengan identitasnya sebagai kota metropolitan, batik di kawasan ini lekat dengan motif ondel-ondel, Monumen Nasional (Monas), bahkan gedung pencakar langit. Siti Laela adalah salah satu perajin yang membuat batik dengan motif-motif tersebut.

Lewat usaha Batik Betawi Terogong miliknya, Ela─sapaan karib Siti Laela─membuat batik dengan motif yang menggambarkan ikon khas Ibu Kota.

“Motif batik andalan kita namanya mengkudu. Tapi ketika saya jual ke orang lain, orang dari daerah enggak suka. ‘Saya mah kalau ada batik dari Betawi, maunya ondel-ondel sama Monas. Itu ciri khasnya,’” ujar Ela menirukan cara konsumennya memesan batik Betawi.

Selain ikon Kota Jakarta, Ela juga membuat batik dengan motif lain yang mencerminkan flora, fauna, dan seni khas Betawi. Di antaranya mengkudu, cermai, burung hong, burung bendol, serta penari yapong. Dari sisi pewarnaan, batik bikinan Ela cenderung menggunakan kombinasi warna yang cerah, seperti oranye, merah, ungu, kuning, dan hijau.

Batik Betawi Terogong didirikan sejak tahun 2012. “Terogong” diambil dari nama suatu kampung di Kelurahan Cilandak Barat, Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan. Kawasan tersebut jamak ditinggali oleh orang-orang Betawi.

Selain Batik Betawi Terogong, ada pula ELEMWE yang turut melestarikan batik Betawi. Usaha batik besutan Lily Mariasari W. itu memproduksi batik dengan motif flora, fauna, dan lanskap metropolis.

Beberapa motif yang dipopulerkan ELEMWE yaitu motif bunga telang, bunga tapak dara, kembang goyang, kerak telor, ondel-ondel, lanskap perkotaan, tari topeng, dan gigi balang. Lily membuat batik-batik aneka motif tersebut sejak tahun 2015.

Ia mengungkapkan, batik-batik ELEMWE juga memiliki ciri yang identik dengan identitas mikro kota. Setiap kota di DKI Jakarta, kata dia, memiliki warna khas batiknya masing-masing. Misalnya, Jakarta Timur yang lekat dengan warna merah. “Merah, ikonnya matahari terbit,” ucapnya.

Ikon lain Jakarta Timur adalah burung srigunting, yang kemudian Lily tuangkan dalam corak batik ELEMWE. Dalam proses pengerjaannya, Lily berkolaborasi dengan pembatik Betawi yang tinggal di Rusunawa Tambora, Jakarta Barat.

Motif batik yang Lily gagas mengantarkan ELEMWE pada berbagai ajang bergengsi. Di antaranya, kesempatan tampil dalam International Fashion & Art Week di New York, Amerika Serikat, pada 2017. Produk ELEMWE juga dipamerkan dalam pertemuan B20 yang menjadi bagian dalam rangkaian Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali, tahun lalu.

Tak hanya di Ibu Kota, daerah lain pun memiliki ciri khas batiknya sendiri. Bali, misalnya, ada motif khas Singaraja yang diperkenalkan I Ketut Widiarta melalui brand produk Cakra Batik.

Ketut memperkerjakan pembatik dari tempat asalnya di Singaraja, Kabupaten Buleleng. Salah satu motif batik yang diproduksinya adalah motif mandala. Ketut juga membuat batik dengan simbol burung bangau, naga, kura-kura, dan rusa. Gambar-gambar fauna itu berpadu dengan kombinasi corak bergelombang dalam warna kain yang cerah.

Selain kain, pakaian, dan tas, Ketut juga memproduksi raw material batik dan mengekspornya. “Ini kerajinan quilting yang untuk ekspor,” ucapnya.

Menjadi pebisnis batik membuat Ketut harus tangguh. Perjalanan dari pabrik miliknya di Singaraja ke tempat-tempat konsumen dan titik penting lainnya harus ditempuh lewat jalanan yang berkelok, naik dan turun melewati pegunungan. Sekali jalan, Ketut bisa menghabiskan waktu berjam-jam.

Beruntung, Ketut memiliki Mitsubishi Pajero yang dapat selalu diandalkan. Medan jalanan apa pun dapat dilewatinya dengan mulus. “Ya, nyaman-nyaman sajalah,” tutur dia.

Petualangan serupa juga dialami Lily. Mitsubishi Pajero miliknya selalu menemani, ke mana pun ia pergi. Tak hanya untuk urusan berbisnis, Lily juga menggunakan mobil andalannya untuk mengantar anak dan ibunya pergi ke berbagai lokasi.

Sebelum Pajero, Lily bahkan sudah menggunakan mobil Mitsubishi Lancer Evo dan Galant. “Aku pakai Mitsubishi karena memang nyaman ya, terus suspensinya enak, terus cepat, mesinnya juga enak,” paparnya.

Bagi Lily dan Ketut, Mitsubishi ibarat kawan yang selalu ada dalam tiap aktivitas. Mitsubishi menemani life’s edventure mereka, hingga mampu mencapai titik kesuksesan sebagai pebisnis batik.