Menjadi penyebab dari 23 persen kematian, stroke disebut sebagai penyakit paling mematikan di Indonesia. Bahkan, berdasarkan data data World Life Expectancy, angka ini menempatkan Indonesia sebagai negara dengan kematian akibat stroke tertinggi di dunia.
Penyakit ini termasuk dalam kelompok penyakit kardiovaskuler, yaitu penyakit yang disebabkan gangguan fungsi jantung dan pembuluh darah. Selain stroke, jantung koroner dan gagal jantung juga termasuk dalam kelompok ini. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, setiap tahunnya lebih 17,3 juta kematian disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler, terutama penyakit jantung koroner dan stroke. Jika melihat tren saat ini, diperkirakan akan terus meningkat hingga mencapai 23,3 juta kematian pada tahun 2030.
Meski jumlah penderita termasuk sedikit, hanya 7 per 1000 orang. Namun yang perlu diperhatikan adalah diagnosis gejalanya. Secara umum, menurut data Riset Kesehatan Dasar 2013 dari Kementerian Kesehatan, prevalensi gejala stroke di Indonesia 12,1 per 1000. Artinya, ada lebih 12 orang Indonesia yang tercatat menderita stroke per 1000 penduduk. Angka itu naik dibandingkan tahun 2007 yang hanya sebesar 8,3.
Tren gejala stroke yang meningkat ini ditemukan pada semua kelompok usia. Peningkatan tertinggi sebesar 25,3 per 1000 terjadi pada kelompok usia tertua yakni 75 tahun ke atas. Meski demikian, kewaspadaan justru menimpa usia 40-50 tahun. Meski tergolong usia muda, kelompok ini mengalami peningkatan hingga lebih dari 10 per 1000 dalam waktu 5 tahun.
Jika dilihat dari proporsi yang terjangkit gejala stroke, persentase terbanyak justru dialami oleh kelompok usia 45-64 tahun. Kelompok ini memiliki persentase hingga 45 persen. Bahkan, 11 persen penduduk yang terdiagnosis gejala stroke berasal dari usia 35-44 tahun. Angka ini menunjukkan bahwa penyakit mematikan ini tidak hanya menyerang usia senja, namun lebih berbahaya karena mulai menyasar usia-usia muda.
Dengan tren yang seperti ini, diperkirakan penderita stroke akan terus meningkat terutama pada kelompok usia muda. Secara umum, stroke disebabkan oleh kurangnya asupan oksigen ke otak. Pada usia tua, kebanyakan penyebabnya adalah penyumbatan di jantung atau pembuluh darah akibat penuaan dan penurunan fungsi organ-organ tertentu.
Berbeda dengan usia tua, stroke pada usia muda didominasi oleh infeksi, trauma gangguan jantung, dehidrasi, dan kelainan pada sel darah muda yg disebut sickle cell disease. Selain itu, kelebihan berat badan juga menjadi salah satu penyebab yang mesti dihindari, karena kelebihan berat badan dapat memicu kolesterol tinggi, diabetes, hingga darah tinggi yang berefek pada penyakit mematikan seperti stroke.
Stroke terjadi ketika pembuluh darah yang secara alamiah bertugas membawa oksigen dan juga nutrisi ke otak, justru terhalang oleh adanya penggumpalan darah atau bahkan pecahnya pembuluh darah. Hal ini akan berakibat pada beberapa bagian yang kekurangan asupan dan menjadikan sel atau jaringan tersebut tidak bekerja (mati). Tidak mengherankan, jika orang yang memiliki penyakit darah tinggi, obesitas dengan banyak lemak yang menempel di pembuluh darah serta kolesterol kemungkinan juga mengalami penyakit komplikasi stroke.
Pola hidup sehat merupakan kunci dalam menghindari berbagai penyakit, begitu pula dengan stroke. Pola hidup ini dapat dapat dimulai dengan melakukan berbagai aktivitas fisik yang menyehatkan, tidak malas berolahraga serta mengkonsumsi aneka makanan yang sehat untuk tubuh dan seluruh organ dalam tubuh anda. Hindari aktivitas merokok dan juga kurangi makanan cepat saji (junkfood).
Hal paling utama yang membedakan stroke di usia muda dan tua adalah tahap pemulihan. Menderita stroke pada usia muda dapat berarti kehilangan masa produktif yang harus diganti dengan pemulihan (hampir) seumur hidup. Namun demikian, penderita usia muda bisa lebih cepat sembuh dan berpotensi sembuh lebih baik dibanding penderita usia tua. Walapun, para penderita stroke lebih banyak mengalami cacat ringan atau cacat berat, hingga meninggal.
***
Nazmi Haddyat Tamara adalah Data Analyst dan Statistician Katadata. Saat ini, dia mengisi posisi tim Data pada divisi Riset dan Data Katadata. Menempuh pendidikan pada jurusan Statistika IPB dan telah berpengalaman dalam pengolahan dan analisis data pada berbagai topik.
Catatan:
Data diagnosis gejala Stroke diperoleh dari Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 dan 2013 yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan. Selanjutnya, data kematian akibat stroke diperoleh dari situs resmi World Life Expectancy.
Editor: Nazmi Haddyat Tamara